YOGYAKARTA – Isu lingkungan, kerusakan alam, dan krisis ekologi kini tidak lagi hanya menjadi ranah kajian ilmiah, tetapi juga telah merambah ke dunia seni. Di Kota Yogyakarta, sebuah pameran seni rupa bertajuk “Instrument” hadir sebagai bentuk refleksi atas kondisi bumi saat ini, dengan menampilkan ratusan karya lukisan abstrak yang mengajak publik untuk lebih peduli terhadap kelestarian alam.
Berangkat dari kegelisahan terhadap perubahan iklim, cuaca yang semakin tidak menentu, serta fenomena alam seperti gerhana dan panas ekstrem, para seniman Yogyakarta berkolaborasi menghadirkan pameran ini sebagai upaya untuk menyuarakan keresahan atas ketidakseimbangan antara manusia dan lingkungannya.
Pameran “Instrument” digelar mulai 12 Oktober hingga 3 November 2025 dan terbuka untuk umum setiap Kamis hingga Minggu, sampai pukul 17.00 WIB. Ratusan karya yang dipamerkan merupakan hasil kolaborasi para perupa, yang masing-masing menampilkan tafsir visual mengenai empat unsur dasar kehidupan—air, pangan, energi, dan lingkungan—yang kini terancam oleh keserakahan manusia dan eksploitasi berlebihan.
Koordinator seniman, Deni Setiawan, menjelaskan bahwa pameran ini membawa pesan metaforis bahwa alam dan teknologi sejatinya adalah instrumen. Jika digunakan dengan bijaksana, keduanya dapat menciptakan harmoni. Namun sebaliknya, jika disalahgunakan, keduanya bisa menjadi alat penghancur.
Lebih dari sekadar menghadirkan keindahan visual, pameran “Instrument” mengajak pengunjung untuk “mendengarkan” suara alam yang mulai retak. Suara yang selama ini mungkin diabaikan, namun kini kembali mengingatkan manusia untuk menemukan keseimbangan baru dalam hidup berdampingan dengan bumi.
“Saya merasa karya-karya di pameran ini bukan hanya indah, tapi menyentuh secara emosional. Seperti ada suara alam yang berbicara lewat lukisan,” ujar William Robbert, salah satu pengunjung.
Melalui seni, pameran ini menjadi seruan yang kuat untuk lebih sadar, peduli, dan bertindak. Bahwa menjaga alam bukan hanya tugas ilmuwan atau aktivis, tetapi juga tanggung jawab bersama—termasuk para seniman dan masyarakat luas.
Agung – RBTV