Gunungkidul – Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2025 resmi dibuka di Kabupaten Gunungkidul dengan kemeriahan Pawai Rajakaya, Sabtu (12/10). Tahun ini, FKY mengusung tema “Adoh Ratu, Cedhak Watu” yang berarti “Jauh dari Raja, Dekat dengan Batu”, menggambarkan semangat kemandirian dan ketangguhan masyarakat Gunungkidul yang tetap berdaya meski jauh dari pusat kekuasaan.

Rangkaian pawai dimulai dari Pasar Hewan Siyono dan berakhir di Lapangan Logandeng, Kapanewon Playen. Ribuan warga dari berbagai kalangan mulai dari anak-anak hingga orang dewasa tumpah ruah di sepanjang rute pawai untuk menyaksikan arak-arakan dengan penuh antusiasme.

Dalam Pawai Rajakaya tersebut, ditampilkan lima ekor sapi dan 31 ekor kambing yang berasal dari empat kabupaten dan satu kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hewan-hewan ternak ini dihiasi dengan berbagai ornamen, ubur-ubur, serta kupat gantung, dan diiringi oleh para peternak, keluarga, serta komunitas lokal yang mengenakan busana tradisional Jawa.

Pawai ini bukan sekadar atraksi budaya, melainkan juga simbol keseimbangan antara manusia, hewan, dan alam, sebuah nilai yang masih dijaga masyarakat agraris di wilayah selatan Yogyakarta.

Acara pembukaan ditandai secara simbolis dengan pemberian pakan kepada sapi dan menuang air ke dalam kendi, sebagai wujud penghormatan terhadap alam dan sumber kehidupan.

Sekretaris Daerah DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti, menyampaikan bahwa pelaksanaan FKY 2025 di Gunungkidul menjadi bentuk apresiasi terhadap kekayaan budaya lokal serta ketangguhan masyarakatnya.

“Gunungkidul adalah cerminan masyarakat yang mandiri dan tangguh. Melalui FKY, kita merayakan kekayaan budaya sekaligus memperkuat jati diri daerah,” ujar Ni Made Dwipanti Indrayanti.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, menambahkan bahwa FKY tahun ini akan berlangsung hingga 18 Oktober 2025, dengan rangkaian kegiatan yang mencakup pameran seni, pertunjukan musik, pemutaran film, lokakarya, hingga forum diskusi kebudayaan.

“Kami berharap FKY menjadi ruang bagi masyarakat untuk berkreasi, berdialog, dan memperkuat identitas budaya Yogyakarta,” kata Dian Lakshmi Pratiwi.

Festival tahunan ini diharapkan tidak hanya menjadi ajang seni budaya, tetapi juga momentum mempererat solidaritas dan kebanggaan masyarakat terhadap kearifan lokal yang telah diwariskan turun-temurun.

Agung | RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *