Yogyakarta — Pemerintah Kota Yogyakarta mulai melakukan penataan ulang terhadap keberadaan para pengamen dan seniman jalanan di kawasan Malioboro. Langkah ini diambil seiring dengan pelaksanaan uji coba Malioboro sebagai kawasan pedestrian penuh selama 24 jam.
Penataan ini bertujuan agar Malioboro tetap menjadi ruang publik yang tertib, nyaman, serta mampu menghadirkan seni jalanan yang berkualitas. Dalam kebijakan baru ini, para pengamen tidak lagi bebas tampil di sembarang tempat, melainkan akan diarahkan ke beberapa titik khusus yang telah disediakan.

“Supaya tetap bisa berkarya tanpa mengganggu kenyamanan pengunjung, kami menyiapkan area-area tertentu,” ujar Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti.
Beberapa titik yang telah ditetapkan sebagai lokasi penampilan antara lain di depan Gerbang Kepatihan, depan Malioboro Plaza, serta area eks Hotel Mutiara.
Kurasi dan Pembinaan Seniman Jalanan
Untuk menjaga kualitas pertunjukan, para pengamen yang ingin tampil kini harus melalui proses kurasi dan pembinaan oleh Dinas Kebudayaan. Berdasarkan data terbaru, saat ini terdapat 11 pengamen yang telah lolos proses tersebut dan telah mendapatkan izin tampil.
Langkah ini diapresiasi oleh sejumlah pihak, termasuk para pelaku seni jalanan itu sendiri. Ariksa, salah satu pengamen yang terlibat dalam program ini, mengaku senang karena diberikan ruang tampil yang lebih layak dan tertata.
“Sekarang kami punya tempat yang pasti untuk tampil, jadi bisa lebih fokus dan tidak mengganggu pengunjung,” ujarnya.
Harmoni antara Seni dan Wisata
Kebijakan ini merupakan bagian dari tata kelola baru kawasan Malioboro yang mengedepankan harmoni antara wisata budaya dan ekspresi seni. Harapannya, pengamen dan seniman jalanan dapat menjadi bagian dari atraksi wisata yang menarik, bukan sekadar pengisi suasana.

Bambang, seorang pesepeda yang rutin melintasi Malioboro, menilai penataan ini membawa dampak positif.
“Lebih tertib sekarang, dan tetap bisa menikmati hiburan dari para seniman jalanan,” katanya.
Dengan kebijakan ini, Pemerintah Kota Yogyakarta berharap Malioboro tidak hanya menjadi destinasi belanja dan wisata sejarah, tetapi juga panggung ekspresi seni yang berkelas dan tertata.
AGUNG / RBTV