Yogyakarta –
Pelestarian budaya kini bisa berjalan seiring dengan pemberdayaan ekonomi. Inilah yang dilakukan oleh Kainnesia, sebuah brand asal Yogyakarta yang fokus pada pengembangan wastra Nusantara. Berkat pendampingan dari Pertamina melalui program Pertapreneur Aggregator, Kainnesia berhasil memberdayakan ratusan penenun lokal dan menembus pasar internasional.
Wastra Nusantara atau kain tenun tradisional kini semakin diminati, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di kancah global. Salah satu yang konsisten memperkenalkan keindahan kain tradisional Indonesia adalah Kainnesia, yang berlokasi di kawasan Warungboto, Umbulharjo, Kota Yogyakarta.
Kainnesia tidak hanya menjual kain tenun, tetapi juga melakukan inovasi produk seperti outer, kemeja, tas, hingga sepatu berbahan dasar wastra lokal. Tak hanya itu, brand ini juga mendorong regenerasi penenun muda, khususnya dari kalangan milenial.
Sejak mendapatkan pendampingan dari program Pertapreneur Aggregator, jumlah penenun yang tergabung dalam ekosistem usaha Kainnesia meningkat signifikan. Kini, terdapat sekitar 200 hingga 400 penenun aktif yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia.
Tahun ini, Kainnesia berhasil mewakili Indonesia dalam berbagai ajang internasional, seperti Osaka World Expo di Jepang, Import Fair di Seoul, Korea Selatan, serta berpartisipasi dalam Jogja Fashion Week dan Inacraft 2025.
“Kami ingin wastra lokal tidak hanya dipakai dalam seremoni adat atau upacara, tetapi bisa menjadi bagian dari gaya hidup modern tanpa meninggalkan nilai budayanya,” ujar Nur Salam, Founder dan CEO Kainnesia.
Kesuksesan Kainnesia dalam menjalankan program Pertapreneur Aggregator mendapat apresiasi dari pihak Pertamina.
“Jumlah mitra pengrajin yang bergabung terus bertambah, dan dampak ekonominya pun sangat dirasakan oleh masyarakat,” kata Rudi Ariffianto, VP CSR & SMEPP Management Pertamina.
Salah satu mentor program Pertapreneur Aggregator 2024, Diah Yusuf, menilai bahwa bisnis yang dikembangkan Kainnesia memiliki potensi besar di pasar karena mampu menghadirkan inovasi dan memberikan dampak positif bagi UMKM lain.
“Kainnesia punya keunggulan dalam menciptakan inovasi, dan mereka juga aktif membina UMKM lain untuk berkembang bersama,” tutur Diah.
Ke depan, Kainnesia menargetkan akan menggandeng 30 hingga 50 UMKM baru untuk memperluas jangkauan dan memperkuat ekosistem ekonomi kreatif berbasis budaya lokal.
AGUNG – RBTV