Kulon Progo – Di tengah maraknya produk furnitur modern berbahan plastik dan hasil pabrikan, seorang pengrajin perabot rotan di Dusun Terbah, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulon Progo, masih setia melestarikan kerajinan tradisional.

Adalah Tukiri, seorang pengrajin yang telah menekuni usaha pembuatan meja dan kursi rotan selama lebih dari 15 tahun. Ia secara mandiri memproduksi berbagai perabot rotan bergaya klasik, seperti kursi, meja, hingga set ruang tamu. Selain memproduksi, Tukiri juga melayani pesanan dan renovasi perabot rotan lama. Dalam proses pengerjaan, ia menangani semua tahapan secara mandiri, mulai dari pembuatan kerangka hingga penganyaman.

Untuk satu set meja dan kursi rotan—yang terdiri dari satu meja, satu kursi panjang, dan tiga kursi pendek—dibutuhkan waktu pengerjaan sekitar dua minggu. Produk tersebut dijual dengan harga berkisar antara Rp2,5 juta hingga Rp3,5 juta, tergantung tingkat kesulitan.

Sayangnya, bahan baku rotan harus didatangkan dari Kota Yogyakarta. Selain itu, minat masyarakat terhadap produk rotan juga terbatas, membuat Tukiri tidak selalu mendapatkan pesanan setiap bulan. Ia mengaku lebih banyak menerima permintaan renovasi daripada pembelian baru.

Meski begitu, Tukiri tetap mempertahankan kerajinannya karena percaya bahwa perabot rotan memiliki kelebihan tersendiri.

“Selain tampilannya yang unik dan artistik, kursi rotan juga dikenal awet dan tahan lama dibanding produk massal berbahan sintetis,” ujarnya.

Dengan konsistensi dan keterampilan yang terjaga, Tukiri menjadi salah satu penjaga warisan kerajinan rotan di tengah perubahan zaman.


BAGAS, RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *