Yogyakarta – Menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, warga Kelurahan Sosromenduran, Kota Yogyakarta, menggelar tradisi Kirab Apem di kawasan Malioboro pada Jumat sore. Tradisi tahunan ini menjadi momen penuh makna bagi masyarakat untuk menyucikan diri, saling memaafkan, dan memohon ampun kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sebelum memasuki bulan puasa.
Kirab budaya ini merupakan bagian dari Festival Ruwahan yang sudah menjadi tradisi turun-temurun di kawasan tersebut. Dalam acara ini, gunungan apem yang terbuat dari 1.000 kue apem diarak melalui sejumlah ruas jalan utama, termasuk Jalan Malioboro. Setelah prosesi kirab selesai, gunungan apem menjadi rebutan warga yang percaya bahwa kue tersebut membawa berkah.
Kirab budaya ini melibatkan ratusan peserta dari berbagai kalangan. Selain masyarakat kampung di Kelurahan Sosromenduran, acara juga diramaikan oleh pasukan bregodo, pelajar dari berbagai daerah, pelajar sekolah setempat, serta gunungan makanan lain seperti ketan dan kolak. Seluruh elemen masyarakat bersatu dalam suasana penuh kebersamaan dan kekhidmatan.
Menurut Hendi Setiawan, Plt Lurah Sosromenduran, tradisi ini memiliki makna mendalam bagi masyarakat Jawa.
“Ini sebenarnya bagian dari menguri-uri budaya kita, di mana masyarakatnya itu ada budaya membuat apem di bulan Ruwah menjelang bulan puasa. Yang maksudnya untuk kemudian membersihkan diri dan memohon belas kasihan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sebelum memasuki bulan puasa,” jelas Hendi.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa kue apem memiliki simbol khusus dalam tradisi Jawa.
“Memaknai permohonan pengampunan ya, orang Jawa itu kan kata apem bisa untuk dikaitkan dengan kata pengampunan ya. Memohon pengampunan kepada Yang Maha Kuasa sehingga saat memasuki bulan puasa hati secara lahir batin sudah bersih untuk menghadapi bulan puasa,” tambahnya.
Kirab budaya ini juga menjadi salah satu rangkaian acara dalam Sarkem Fest 2025 , sebuah festival tahunan yang rutin digelar menjelang bulan Ramadhan. Sarkem Fest telah menjadi salah satu agenda resmi dalam kalender acara Kota Yogyakarta dan selalu dinantikan oleh warga maupun wisatawan.
Festival ini tidak hanya menampilkan tradisi budaya seperti kirab apem tetapi juga berbagai atraksi seni dan hiburan yang memperkuat daya tarik pariwisata Yogyakarta. Dengan adanya acara ini, kawasan Malioboro semakin semarak dan menjadi pusat kegiatan masyarakat menjelang bulan suci.
Tradisi Kirab Apem tidak hanya sekedar perayaan budaya tetapi juga memiliki nilai spiritual yang mendalam. Kue apem yang dibuat oleh warga memiliki filosofi sebagai simbol permohonan pengampunan kepada Tuhan. Dalam bahasa Jawa, kata “apem” sering dikaitkan dengan kata “ampun.” Oleh karena itu, tradisi ini menjadi sarana untuk membersihkan hati dan jiwa sebelum memasuki bulan Ramadhan.
Selain itu, acara ini juga menjadi ajang silaturahmi antarwarga. Dengan saling berbagi kue apem dan memaafkan satu sama lain, masyarakat berharap dapat menyambut Ramadhan dengan hati yang bersih dan penuh rasa syukur.
Kirab Apem di kawasan Malioboro bukan hanya sekedar tradisi tahunan tetapi juga wujud nyata pelestarian budaya lokal yang kaya akan nilai-nilai spiritual dan kebersamaan. Melalui acara seperti Festival Ruwahan dan Sarkem Fest 2025, Yogyakarta terus membuktikan diri sebagai kota yang menjaga warisan budayanya sekaligus mengundang wisatawan untuk ikut merasakan hangatnya tradisi tersebut.