Puncak produksi cabai di pertanian pesisir Kulon Progo tercatat terjadi pada bulan Oktober 2024 yang lalu. Saat itu, para petani cabai mampu menghasilkan 60 hingga 70 ton cabai per hari. Namun, saat ini hasil panen petani cabai di wilayah tersebut mengalami penurunan signifikan, hanya mencapai sekitar 5 kwintal per hari.
Penurunan hasil produksi ini diperkirakan akibat puncak musim hujan yang terjadi pada bulan Desember hingga Januari ini. Musim penghujan yang intens menyebabkan penurunan produksi cabai secara drastis di kawasan pesisir Kulon Progo, yang mencakup wilayah Kapaten Galur, Panjatan, hingga Wates.
Fenomena penurunan hasil produksi cabai ini sebenarnya merupakan siklus tahunan yang rutin terjadi. Saat ini, petani sedang memasuki periode peralihan pola tanam. Mayoritas petani pun memilih untuk berhenti menanam cabai pada musim penghujan, dengan alasan untuk menghindari risiko gagal panen serta memberikan waktu bagi lahan pertanian untuk beristirahat. Selain itu, masa peralihan ini juga diperlukan untuk memutus siklus penyebaran hama dan penyakit, agar nantinya bisa mendapatkan hasil panen yang maksimal.
(Sukarman, Ketua Champion Cabai Indonesia) Mengatakan bahwasanya :
“Untuk hari-hari ini sebenarnya tinggal sedikit sekali cabai dari petani, paling sedikit sekitar 5 kwintal. Efek ini disebabkan oleh faktor cuaca, adanya hujan, dan juga karena memang sudah saatnya pindah tanaman dengan pola tanam yang sudah diatur. Kemungkinan pada bulan Maret nanti kita akan mulai menanam lagi, dan satu bulan sebelumnya, kalau bisa, lahan dibiarkan kosong agar bisa memutus siklus hama.”
Diharapkan, hasil produksi cabai akan kembali meningkat pada sekitar bulan Mei hingga Juni, seiring dengan banyaknya petani yang mulai memasuki masa panen. Para petani cabai di pesisir Kulon Progo rencananya akan kembali mulai menanam cabai pada sekitar bulan Februari hingga Maret mendatang, sesuai dengan pola tanam yang telah ditentukan.
Bagas, RBTV