Pola asuh dan pola makan pada anak menjadi faktor penting terjadinya kasus stunting di Kabupaten Sleman. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Cahya Purnama, merinci bahwa angka stunting tertinggi ada di wilayah Kapanewon Seyegan, Minggir, Pakem, dan Turi. Berdasarkan audit kasus stunting yang dilakukan di Seyegan dan Pakem, penyebab stunting utamanya adalah pola pemberian makan balita yang tidak tepat.“Menjadi penyebab stunting adalah pola pemberian makan balita yang tidak tepat, jadinya masih berkaitan dengan pola asuh. Bagaimana keluarga itu memberikan makanan kepada anak-anaknya belum kuat; pola asuhnya masih belum bagus. Kemudian, adanya ibu hamil yang berisiko tinggi, yang berpotensi melahirkan bayi prematur, jadi masih banyak di tempat-tempat itu yang melahirkan bayi dengan berat badan kurang,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sleman, Cahya Purnama.Sementara itu, Kusno Wibowo, Penjabat Sementara Bupati Sleman, mengatakan bahwa kondisi stunting masih menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan bersama. Kusno menyebutkan bahwa penurunan angka stunting bukan semata tanggung jawab Dinas Kesehatan, tetapi seluruh OPD yang menyesuaikan dengan tugasnya.“Jadi, PR kita bersama, artinya untuk penurunan stunting ini tidak serta-merta kita berikan tanggung jawab pada dua dinas ini, Dinas Kesehatan maupun Dinas P3 kami, namun ini menjadi tanggung jawab kita bersama. Semua OPD nanti bertanggung jawab dalam penurunan angka stunting itu,” kata Kusno Wibowo, PJS Bupati Sleman.Hingga saat ini, masih banyak masyarakat yang belum memahami bahwa stunting juga dicakup oleh BPJS Kesehatan. Akhirnya, pemberian insentif asupan gizi balita berupa makanan tambahan kurang sesuai target. Kebiasaan merokok salah satu anggota keluarga juga bisa menyebabkan pertumbuhan terhambat.
Widi, RBTV