Sleman – Ratusan warga Kabupaten Sleman menggelar ritual Kenduri Doa Minta Hujan sebagai upaya spiritual untuk menghadapi musim kemarau. Acara ini diwarnai dengan kirab budaya yang melibatkan dua kendi berisi air hujan, yang diarak keliling kampung. Kegiatan ini tidak hanya berisi permohonan agar hujan segera turun, tetapi juga mengajak masyarakat untuk bijak dalam menyimpan air selama musim penghujan.

Air yang dibawa dalam dua kendi kemudian dituangkan ke dalam satu gentong besar sebagai simbol pengingat pentingnya konservasi air. Kegiatan ini diinisiasi oleh Komunitas Banyu Bening dari Kelurahan Sardonoharjo, Kapanewon Ngaglik, Sleman. Para peserta berharap ritual ini bisa membawa hujan yang sangat dibutuhkan di wilayah Yogyakarta dan daerah lain yang mengalami krisis air bersih.

Sri Wahyuningsih, Ketua Komunitas Banyu Bening, menyatakan bahwa ritual ini bukan hanya sekadar doa meminta hujan. “Selain memohon hujan, kita juga diajak untuk bersyukur ketika hujan datang, serta menghargai air sebagai sumber kehidupan. Ritual kenduri ini sarat akan pesan moral, tidak hanya soal hujan, tetapi juga bagaimana kita menjaga keberlangsungan hidup melalui air,” ungkapnya.

Selain prosesi doa, acara ini juga menampilkan teatrikal tari dari para penggiat seni yang menggambarkan dampak negatif dari penebangan hutan. Tarian tersebut menyampaikan pesan bahwa penebangan liar berpotensi menyebabkan bencana alam seperti banjir dan longsor. Melalui seni tari, masyarakat diingatkan untuk menjaga ekosistem dan menyimpan air selama musim penghujan agar bisa digunakan saat musim kemarau tiba.

“Acara seperti ini mengajak masyarakat untuk memanen air hujan dan menyimpannya agar dapat dimanfaatkan di musim kemarau. Ini adalah langkah penting untuk memenuhi kebutuhan air, terutama di saat kemarau panjang seperti sekarang,” Ungkap, Pangarso Suryotomo selaku Direktur Kesiapsiagaan BNPB.

Kirab budaya yang menjadi bagian dari ritual ini dipimpin oleh para prajurit keraton atau bergodo yang mengarak kendi-kendi berisi air menuju Pendopo Sanggar Banyu Bening sejauh satu kilometer. Setibanya di pendopo, kendi-kendi tersebut diserahkan dan didoakan oleh seluruh masyarakat yang hadir. Setelah doa bersama, ritual puncak dilanjutkan oleh para penggiat seni yang melantunkan doa dan harapan agar kemarau segera berakhir dan hujan segera turun.

Acara ini menjadi simbol kebersamaan dan harapan bagi masyarakat yang tengah berjuang menghadapi krisis air bersih.

Widi, RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *