Akibat terkena proyek pelebaran jalan jalur lintas selatan, sebanyak 107 siswa SDN Bugel Kulon Progo mulai di pindahkan ke tempat relokasi sementara, sejak Senin kemarin. Menempati dua rumah tua kosong milik warga sekitar, para siswa harus menjalani kegiatan belajar mengajar, dengan kondisi ruang kelas seadanya.
Suasana yang cukup prihatin dari SDN Bugel di kapanewon Panjatan Kulon Progo pasca libur lebaran kemarin dan memulai hari pertama masuk sekolah, mereka terpaksa meninggalkan sekolah, untuk dipindahkan di tempat relokasi sementara, akibat terkena proyek pelebaran jalan jalur lintas selatan (JJLS).
Menempati dua rumah tua kosong milik warga sekitar, para siswa nampak harus mengikuti proses kegiatan belajar mengajar dengan kondisi ruang kelas seadanya. Bagaimana tidak, satu bangunan rumah berbentuk limasan harus di gunakan untuk dua hingga 3 kelas berisi puluhan siswa. Pembagian ruang kelas juga hanya menggunakan sekat papan kayu triplek seadanya. Sehingga selain membuat ruang kelas menjadi gelap karena minim penerangan, suara kebisingan antar ruang kelas pun tak bisa di hindarkan.
“Saya mendengar suara dari kelas lain, dan hal itu mengganggu. Lebih suka keadaan yang tenang, soalnya tidak bisa konsentrasi kalau keadaan seperti ini terus. Harapannya sekolah yang baru bisa di percepat di bangun.” Ungkap Vanya, siswa SDN Bugel
“Siswa-siswa di pindahkan untuk pembelajaran, tidak apa-apa, yang penting anak-anak masih bisa belajar. Tempatnya kurang layak, tapi dari pada belajar di rumah nanti tidak bisa serius. Harapannya bisa di bangun sekolah yang baru, yang layak, yang bagus untuk siswa-siswa.” Purwaningsih, orang tua siswa
Pihak sekolah sendiri, sampai saat ini belum memgetahui secara pasti, sampai kapan para siswa harus menjalani kegiatan belajar mengajar di tempat relokasi sementara ini. Mengingatkan proses pembangunan gedung sekolah yang baru, belum juga di mulai hingga saat ini. Mereka hanya berharap agar pihak-pihak terkait dapat segera mempercepat proses tersebut sehingga bisa secepatnya di tempati.
“Rumah yang di pakai untuk pembelajaran ini, milik masyarakat di sini. Satu rumah ini kami bagi dua. Dampaknya jelas, Idealnya kelas terhindar dari suara-suara kebisingan, dan di sini kebisingan tentu tidak bisa di hindari.” Ungkap Ngadikin, kepala sekolah SD Bugel
Bagas, RBTV.