Di tengah derasnya arus informasi, rutinitas digital yang tidak ada habisnya, serta tekanan akademik dan pekerjaan yang semakin tinggi, generasi Z menjadi salah satu kelompok yang paling rentan mengalami insomnia. Kebiasaan begadang yang dianggap bagian dari gaya hidup produktif justru membuat banyak anak muda merasa lelah sepanjang hari, sulit fokus, bahkan mudah cemas.

Fenomena ini bukan sekadar masalah pola hidup, melainkan tanda bahwa tubuh dan pikiran membutuhkan jeda. Tidur yang berkualitas kini menjadi kebutuhan esensial agar seseorang mampu bertahan menghadapi dinamika kehidupan modern.

Mengapa Generasi Z Rentan Sulit Tidur?

Generasi Z hidup dalam lingkungan yang serba cepat dan serba terhubung. Notifikasi media sosial, pekerjaan sampingan, tugas akademik, hingga kebiasaan doomscrolling sebelum tidur membuat otak tetap aktif meski tubuh sudah kelelahan.

Ditambah lagi, banyak dari mereka merasa bahwa malam hari adalah satu-satunya waktu “milik sendiri”, sehingga tidur sering ditunda demi menonton drama, bermain gim, atau sekadar bersantai.

Kondisi ini menumpuk dan mengacaukan sistem tidur alami tubuh, hingga akhirnya memicu insomnia berkepanjangan.

Mengembalikan Ritme Tidur yang Sehat

Membangun pola tidur yang baik bukan berarti memaksakan tidur lebih awal secara drastis. Justru, perubahan kecil yang dilakukan secara konsisten jauh lebih efektif. Beberapa kebiasaan sederhana dapat membantu mengurangi insomnia sekaligus meningkatkan kualitas tidur.

Pertama, membiasakan diri untuk “selesai” dengan agenda digital setidaknya satu jam sebelum tidur. Cahaya biru dari layar gawai menghambat produksi melatonin, hormon yang memicu rasa kantuk. Menggantinya dengan aktivitas lebih tenang—seperti membaca buku ringan atau merapikan meja—dapat membuat tubuh lebih siap untuk beristirahat.

Kedua, menjaga pola makan menjelang malam. Konsumsi kafein dan makanan berat terlalu dekat dengan waktu tidur membuat tubuh bekerja ekstra, sehingga tidur menjadi sulit. Minuman hangat tanpa kafein atau kudapan ringan lebih membantu menenangkan tubuh.

Ketiga, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman. Suhu kamar yang sejuk, pencahayaan redup, serta kasur dan bantal yang sesuai kebutuhan dapat membantu tubuh lebih cepat rileks.

Keempat, menetapkan jam tidur yang konsisten. Bahkan jika sibuk, tubuh terbiasa bekerja mengikuti pola. Masuk ke jam tidur yang sama setiap hari membantu otak memahami kapan saatnya beristirahat.

Tidak Harus Sempurna, yang Penting Konsisten

Generasi Z tidak harus langsung menghilangkan kebiasaan begadang, tetapi perlahan menata ulang prioritas. Tidur bukan tanda malas, melainkan fondasi produktivitas. Dengan kualitas tidur yang baik, mood membaik, konsentrasi meningkat, dan tubuh terasa lebih segar menjalani aktivitas.

Di era yang serba cepat ini, tidur berkualitas menjadi bentuk self-care yang paling realistis dan paling dibutuhkan. Mulai dari langkah kecil hari ini, dan biarkan tubuh merasakan manfaatnya besok pagi.

Armelia Lestari

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *