Bantul
Purnomo, warga Bantul, berhasil mengembangkan usaha pembuatan garam alami di pesisir Pantai Selatan Yogyakarta. Usaha yang ia rintis dengan modal pribadi dan ketekunan ini kini menghasilkan garam krosok berkualitas tinggi.

Di bawah terik matahari yang memantul di atas hamparan pasir Pantai Tanggul Tirto, deretan tenda plastik UV berdiri rapi menaungi kolam-kolam penguapan. Di bawah salah satu tenda, Purnomo—petani garam setempat—tampak sabar menunggu endapan kristal putih mulai menebal di tunnel miliknya.

Ia memahami bahwa proses pembuatan garam bukan sekadar mengubah air laut menjadi kristal garam, tetapi rangkaian kerja panjang yang menuntut ketelatenan. Saat ditemui tim Kabar Jogja, Purnomo menjelaskan bahwa air laut harus ditampung terlebih dahulu sekitar satu bulan sebelum dialirkan ke tunnel pertama selama dua pekan.

Proses penguapan berlanjut ke tunnel-tunnel berikutnya dengan durasi yang sama hingga mencapai tunnel pengkristalan keenam. Secara keseluruhan, dibutuhkan waktu sekitar dua bulan hingga akhirnya bisa panen garam.

Seluruh tahapan produksi dilakukan tanpa bahan kimia untuk menjaga kualitas garam tetap alami. Dengan dua tunnel pengkristalan yang ia miliki, hasil panennya dapat mencapai empat kuintal. Harga jual garam produksinya bervariasi, mulai dari Rp2.500 hingga Rp3.500 per kilogram, bergantung pada kualitas dan kebutuhan pembeli.

Purnomo mulai belajar membuat garam pada 2023 dari dua rekannya. Penggunaan plastik UV menjadi metode efektif yang ia terapkan hingga kini, berfungsi menjaga suhu tetap tinggi sekaligus melindungi area penguapan dari debu dan daun kering. Seluruh area pengeringan dibuat tertutup sehingga kualitas garam tetap terjaga.

Delly – RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *