BANTUL — Dalam rangka menyambut Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, sebuah pernikahan massal bernuansa kemerdekaan digelar di Kantor Urusan Agama (KUA) Sewon, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sebanyak delapan pasangan dari berbagai daerah mengikuti prosesi akad nikah yang tak hanya sakral, tetapi juga kental dengan semangat nasionalisme.
Acara ini menjadi perhatian publik karena keunikan unsur yang dihadirkan dalam prosesi. Selain mahar berupa seperangkat alat salat, setiap pasangan juga membawa mahar istimewa berupa bendera Merah Putih dan cincin batu berwarna merah-putih. Pilihan simbol ini mencerminkan perpaduan antara nilai-nilai cinta, kesetiaan, dan kecintaan terhadap Tanah Air. Bendera nasional yang biasanya hanya dikibarkan dalam konteks kenegaraan, dalam momen ini turut dihadirkan sebagai lambang semangat kebangsaan dalam ikatan pernikahan.
Kegiatan ini digagas oleh komunitas Golek Garwo Fortais sebagai bagian dari program “Nikah Bareng Nasional”, yang bertujuan membantu pasangan dari berbagai latar belakang untuk mewujudkan impian mereka melangsungkan pernikahan secara sah dan layak. Mayoritas peserta berasal dari wilayah DIY dan Jawa Tengah, termasuk pasangan yang sebelumnya terhambat oleh faktor ekonomi maupun administrasi.
Tak berhenti pada prosesi akad, suasana kemerdekaan juga dirayakan melalui berbagai kegiatan khas perayaan 17 Agustus. Para pengantin dan tamu undangan ikut serta dalam lomba-lomba tradisional seperti balap karung, tarik tambang, hingga lomba makan kerupuk. Gelak tawa dan sorak-sorai memenuhi halaman KUA, menghadirkan atmosfer penuh kegembiraan yang jarang ditemukan dalam acara pernikahan pada umumnya.
Kehadiran elemen hiburan tersebut menjadikan pernikahan ini tidak hanya sebagai momen pribadi pasangan, tetapi juga sebagai perayaan bersama masyarakat sekitar. Perpaduan antara sakralitas akad dan semangat nasionalisme menciptakan pengalaman unik yang membekas bagi para pasangan maupun semua yang terlibat.
Beberapa peserta datang dari luar Yogyakarta, seperti dari Banjarnegara dan Klaten, yang sebelumnya menunda pernikahan karena keterbatasan biaya atau urusan administratif. Melalui program ini, mereka akhirnya dapat melangsungkan pernikahan dengan layak, berkesan, dan tetap bermartabat. Tak sedikit di antara mereka yang mengetahui kegiatan ini dari media sosial atau komunitas lokal, lalu mendaftarkan diri setelah merasa terpanggil dengan konsep gotong royong yang ditawarkan.
Pernikahan massal bernuansa Merah Putih ini menunjukkan bahwa momentum sakral seperti pernikahan dapat dikemas dalam bingkai kebangsaan yang penuh nilai, semangat, dan kebersamaan. Di tengah berbagai tantangan sosial ekonomi, inisiatif seperti ini menjadi alternatif solusi yang tidak hanya membantu individu, tetapi juga memperkuat nilai-nilai sosial dalam masyarakat.
Acara yang berlangsung dengan lancar ini menjadi simbol bahwa cinta, pengorbanan, dan kebangsaan dapat berjalan beriringan dalam satu langkah menuju masa depan yang lebih baik — baik sebagai pasangan maupun sebagai warga negara.
DELLY – RBTV