YOGYAKARTA Memperingati Tahun Baru Hijriah 1 Muharam 1447 H, Keraton Yogyakarta kembali menggelar prosesi sakral Mubeng Beteng atau Lampah Ratri, sebuah tradisi spiritual yang sarat makna. Ribuan masyarakat turut ambil bagian dalam prosesi tapa bisu ini.
Prosesi Mubeng Beteng diawali dengan pembacaan tembang macapat dan doa bersama di Bangsal Ponconiti, Kompleks Kamandungan Lor Keraton Yogyakarta. Suasana hening dan khusyuk menyelimuti prosesi yang menjadi simbol refleksi dan renungan menjelang pergantian tahun dalam kalender Hijriah.
Tepat tengah malam, ratusan abdi dalem Keraton bersama ribuan peserta memulai Lampah Ratri—berjalan kaki dalam keheningan menyusuri empat penjuru benteng Keraton sejauh lebih dari lima kilometer. Selama prosesi berlangsung, peserta tidak diperkenankan berbicara sebagai bentuk tapa bisu untuk merenungi perjalanan hidup dan memperkuat spiritualitas diri.
“Dengan kesederhanaan dan tanpa kemeriahan, tradisi Mubeng Beteng kembali meneguhkan posisi Keraton sebagai penjaga nilai-nilai spiritual dan budaya yang melekat kuat dalam kehidupan masyarakat Jawa”. Ujar, KRT Kusumonegoro / Abdi Dalem Keraton Yogyakarta
Agung / RBTV