Hidup Ndaru Padma Putri berubah setelah dirinya kehilangan kaki akibat gempa Jogja dua ribu enam silam. Bertahun-tahun Ndaru meratapi kejadian yang menimpanya itu.

Namun lambat laun, Ndaru bangkit dan menemukan jalan hidup baru, menjadi seorang atlet. Ya, di Peparnas dua ribu dua puluh empat Solo, Jawa Tengah, Ndaru mewakili Daerah Istimewa Yogyakarta untuk cabang olahraga tenis kursi roda.

Di tengah keterbatasan tersebut, Ndaru berjuang menorehkan prestasi seperti tiga medali emas Peparnas Jawa Barat dan medali perak di ASEAN Para Games 2020.

Titik balik Ndaru adalah dua ribu sepuluh, saat dikenalkan dengan komunitas tenis kursi roda Bantul. Gelaran Peparnas Ndaru adalah Riau 2012, saat dirinya berusia 14 tahun.

“Saat itu, saya berumur 14 tahun, kelas dua SMP. Mau nyapu, terus gempa datang. Saya sudah lari keluar, tapi ternyata itu gempanya kayak ombak. Akhirnya, saya jatuh, ada bangunan yang meroboh i saya. Nah, adanya tenis itu menambah kepercayaan saya. Walaupun kadang kalau ditanya sama orang, ‘pekerjaannya apa?’ saya juga bingung mau jawab apa.” Kata Ndaru Padma Putri, selaku atlet tenis kursi roda Jogja.

Pada Peparnas kali ini, Ndaru melaju ke partai final tunggal putri setelah mengalahkan wakil Papua dua set langsung. Medali emas menjadi target Ndaru di ajang Peparnas ketujuh belas ini.

Rizki Budi Pratama, RBTV.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *