Kulon Progo — Abrasi dan gelombang tinggi yang melanda kawasan pesisir Pantai Trisik, Kulon Progo, menyebabkan sejumlah rumah warga mengalami kerusakan berat. Salah satu warga yang terdampak adalah Mukiyah, yang telah menetap di wilayah tersebut selama 25 tahun bersama suaminya.

Rumah Mukiyah tampak rusak parah. Hanya beberapa bagian dinding yang masih berdiri, sementara sebagian besar bangunan telah rata dengan tanah. Meski demikian, Mukiyah memilih tetap bertahan di lokasi tersebut.
Ia mengaku memiliki rumah lain di wilayah Banaran, Lendah. Namun, ia enggan kembali ke desa asalnya karena selama ini ia menggantungkan hidup di Pantai Trisik. Selain berjualan makanan, Mukiyah juga dipercaya pemerintah untuk membantu mengelola tempat konservasi penyu yang berada di kawasan pesisir itu.

Untuk sementara waktu, Mukiyah tinggal dan tidur di sebuah gazebo yang berada tidak jauh dari rumahnya yang rusak. Ia mengaku memilih tetap berada di kawasan pantai karena khawatir terhadap kemungkinan gelombang tinggi susulan. Menurutnya, bertahan di lokasi membuatnya lebih mudah menjaga barang-barang yang tersisa sekaligus tetap mencari nafkah.
“Aktivitas mencari penghasilan lebih mudah dilakukan di Pantai Trisik, selain itu, selama ini saya juga mengelola konservasi penyu sehingga saya merasa perlu tetap berada di sini,” ungkapnya.
Mukiyah menyampaikan bahwa ia tidak dapat berbuat banyak setelah bangunan rumah sekaligus tempat konservasi penyu yang dikelolanya rusak akibat abrasi. Kini, ia berharap dapat memiliki bangunan rumah baru di sekitar kawasan Pantai Trisik, sekaligus fasilitas yang dapat digunakan kembali untuk kegiatan konservasi penyu.
Bagas | RBTV
