Solo – Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo, meminta masyarakat menghormati proses suksesi di Keraton Surakarta pasca wafatnya Pakubuwono XIII. Jokowi menegaskan bahwa proses tersebut merupakan urusan internal keraton yang harus diselesaikan secara bijaksana oleh keluarga besar Keraton Surakarta.
Pasca mangkatnya Pakubuwono XIII, muncul kekhawatiran dari sejumlah kalangan bahwa perpecahan internal keraton dapat kembali terjadi. Menanggapi hal itu, Jokowi menegaskan tidak ingin ikut campur dalam urusan suksesi tersebut.
“Itu urusan internal keraton, biar diselesaikan di dalam. Pemerintah hanya mengingatkan agar tetap menjaga kerukunan,” ujar Jokowi.
Presiden Jokowi sendiri pernah berperan mendamaikan dua kubu yang berseteru di Keraton Surakarta—yang dikenal sebagai “raja kembar”—saat masih menjabat sebagai Wali Kota Surakarta. Ia menambahkan, apabila konflik kembali muncul, pemerintah tetap memiliki tanggung jawab untuk menjaga stabilitas dan ketertiban di wilayah tersebut.
Tanda-tanda perbedaan pendapat di internal keraton mulai terlihat saat prosesi pemakaman jenazah Pakubuwono XIII. Dalam momen pelepasan jenazah, Putra Mahkota KGPAA Purbojo sempat mengucapkan ikrar penobatan dirinya sebagai Pakubuwono XIV.
Namun, langkah tersebut menuai beragam pandangan di kalangan keluarga besar keraton. Sebagian pihak menilai penobatan sebaiknya menunggu hingga 40 hari setelah raja mangkat, sementara sebagian lainnya mengusulkan adanya pelaksana tugas raja selama masa kekosongan pemerintahan di Keraton Surakarta.
Perbedaan pandangan tersebut diharapkan dapat diselesaikan dengan musyawarah dan semangat menjaga warisan budaya Keraton Surakarta sebagai simbol sejarah dan jati diri masyarakat Jawa.
Rizki Budi Pratama – RBTV
