Yogyakarta – Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (Pemda DIY) bersama Pusat Rehabilitasi Yakkum mengajak berbagai instansi lintas sektor untuk berkolaborasi dalam upaya pencegahan dan penanganan masalah kesehatan mental, khususnya di kalangan generasi muda. Kolaborasi ini dinilai penting meskipun kesadaran masyarakat terhadap isu kesehatan mental kini semakin meningkat.

Pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental generasi muda ini mengemuka dalam Seminar Internasional Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2025 yang diselenggarakan oleh Pusat Rehabilitasi Yakkum bekerja sama dengan Pemda DIY di kompleks Kepatihan, Kamis (9/10).

Kegiatan tersebut menghadirkan sejumlah narasumber, antara lain Sekretaris Daerah DIY, Prof. Dr. Ryuhei Sano dari Hosei University Jepang, perwakilan dari Pusat Studi Gender, Anak, dan Disabilitas Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Pusat Rehabilitasi Yakkum, serta Kepala SMA Negeri 1 Wonosari.

Perwakilan Pusat Rehabilitasi Yakkum, Muhammad Rafliansyah, menyoroti pentingnya membangun ruang aman bagi remaja agar mereka lebih terbuka dalam membicarakan perasaan dan kesehatan mentalnya.

“Temuan kami menunjukkan bahwa remaja cenderung lebih mudah terbuka kepada teman sebayanya. Karena itu, penting bagi sekolah dan lingkungan sekitar untuk menciptakan ruang yang mendukung keterbukaan tersebut,” ujar Rafliansyah.

Sementara itu, Kepala SMA Negeri 1 Wonosari, Tumisih, memaparkan bahwa pihaknya menerapkan gabungan empat program kegiatan untuk mengarahkan peserta didik agar selalu beraktivitas positif. Program tersebut meliputi kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, ekstrakurikuler, serta pembentukan budaya sekolah.

“Melalui pendekatan ini, kami melihat perubahan nyata pada siswa. Mereka menjadi lebih ceria, lebih optimis, dan memiliki semangat belajar yang tinggi,” ungkap Tumisih.

Dalam kesempatan yang sama, Arni Surwanti dari Pusat Studi Disabilitas UMY menilai bahwa fasilitas layanan kesehatan mental di Yogyakarta belum sepenuhnya memadai. Ia menekankan bahwa perhatian terhadap kesehatan mental tidak boleh hanya menjadi tanggung jawab keluarga, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat.

“Kesadaran kolektif harus dibangun agar masalah kesehatan jiwa dapat ditangani bersama. Dukungan sosial memiliki peran penting dalam pemulihan seseorang,” tutur Arni.

Selain seminar dan diskusi, kegiatan ini juga menjadi wadah bagi anak-anak muda DIY untuk menyampaikan rekomendasi terkait isu kesehatan mental kepada pemerintah daerah. Rekomendasi tersebut diharapkan dapat menjadi dasar kebijakan dalam menciptakan lingkungan yang lebih peduli terhadap kesehatan jiwa generasi muda.

Agung | RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *