Sleman – Ribuan warga Dusun Ngangkrik, Kalurahan Triharjo, Kabupaten Sleman, memadati jalan kampung untuk mengikuti tradisi budaya Merti Dusun. Dalam tradisi ini, warga berebut gunungan hasil bumi sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas karunia sumber mata air yang tidak pernah kering, bahkan di musim kemarau.

Tradisi dimulai dengan prosesi pengambilan air suci dari dua sumber mata air, yaitu Tuk Nggrowong dan Sendang Poncitan. Kedua sumber air ini dikenal masyarakat setempat karena tidak pernah mengalami kekeringan sepanjang tahun.

Empat kendi berisi air suci dari keempat RW di Dusun Ngangkrik dikirab keliling kampung bersama lima buah gunungan berisi hasil bumi seperti sayur-mayur dan buah-buahan. Prosesi kirab semakin meriah dengan kehadiran pasukan bregada, ogoh-ogoh, serta berbagai kesenian tradisional yang mengiringi kirab sepanjang rute sejauh tiga kilometer.

Air suci dari keempat kendi kemudian disatukan dalam satu wadah sebagai simbol persatuan warga dari empat RW di Dusun Ngangkrik. Selain itu, warga juga menggelar pentas seni tradisional Sruntul, yang mengangkat cerita legenda Tuk Nggrowong.

Ketua panitia Merti Dusun, Iswahyudi, menjelaskan bahwa acara ini tidak hanya sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan, tetapi juga menjadi sarana mempererat persatuan dan kebersamaan antarwarga.

“Melalui acara ini, kami berharap warga Ngangkrik semakin kompak dan tidak mudah terpecah belah,” ujar Iswahyudi.

Hal senada disampaikan oleh Septiana Dwi Anggara, Dukuh Ngangkrik, yang menyebut tradisi Merti Dusun juga menjadi cara melestarikan budaya lokal agar tidak punah ditelan zaman.

Acara puncak ditandai dengan rebutan gunungan oleh warga. Gunungan yang berisi berbagai hasil bumi tersebut dipercaya membawa berkah, karena sebelumnya telah didoakan oleh para sesepuh dan tokoh masyarakat.

“Saya senang bisa ikut rebutan gunungan. Katanya hasil bumi ini membawa berkah kalau dibawa pulang,” ungkap Atun, salah satu warga.

Melalui tradisi Merti Dusun, warga Ngangkrik tidak hanya menunjukkan rasa syukur atas kelimpahan alam, tetapi juga menjaga kearifan lokal dan mempererat tali silaturahmi antarwarga.

Reporter: Widi / RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *