Bantul
Sebuah gunungan berisi berbagai hasil bumi menjadi rebutan warga dalam acara Labuhan Parangkusumo yang digelar pada Sabtu (kemarin) di Pantai Parangkusumo, Bantul. Tradisi ini merupakan wujud rasa syukur masyarakat atas berkah alam dari Tuhan Yang Maha Esa, sekaligus menjadi warisan budaya yang telah dilaksanakan secara turun-temurun.

Dalam prosesi tersebut, gunungan yang terdiri atas berbagai buah-buahan dan sayur-mayur diarak dan kemudian diperebutkan oleh warga yang memadati kawasan pantai. Tak hanya gunungan, panitia juga menyediakan empat ekor kambing sebagai bagian dari sesaji, yang juga turut menjadi incaran warga.

Acara ini diselenggarakan oleh komunitas Woro Moro Ruwatan sebagai bentuk ungkapan syukur atas berkah dan kesuksesan yang diterima oleh salah satu pengusaha asal Surabaya.

Doa Bersama dan Persembahan untuk Alam

Sebelum acara labuhan dimulai, terlebih dahulu digelar doa bersama sebagai bentuk syukur atas limpahan rezeki serta permohonan agar diberikan kelancaran dan kemudahan dalam segala hal. Sejumlah ubarampe, termasuk nasi tumpeng dan berbagai sesaji lainnya, juga turut dipersembahkan dan kemudian diperebutkan warga sebagai simbol keberkahan yang dibagikan bersama.

Tak hanya prosesi spiritual, acara ini juga dimeriahkan oleh pertunjukan seni tari tradisional yang menggambarkan pertarungan antara kebaikan dan keburukan. Penampilan ini menarik perhatian warga serta wisatawan yang turut hadir menyaksikan tradisi unik tersebut di bibir pantai.

Parangkusumo sebagai Tempat Sakral

Menurut Adyasworo, selaku penyelenggara acara, Pantai Parangkusumo dipilih sebagai lokasi labuhan karena dianggap sebagai tempat yang sakral. Labuhan sendiri dimaknai sebagai upaya manusia untuk senantiasa mengingat kewajiban menjaga dan merawat bumi sebagai tempat hidup.

“Tradisi ini menjadi simbol pengembalian apa yang menjadi milik bumi melalui laut, sebagai bentuk penghormatan dan rasa terima kasih manusia kepada alam semesta,” ujar Adyasworo.

Tradisi labuhan di Parangkusumo bukan hanya sebuah upacara adat, tetapi juga menjadi ajang pelestarian budaya, pengingat akan pentingnya harmonisasi antara manusia dan alam, serta daya tarik wisata spiritual dan budaya yang patut dijaga kelestariannya.

Tim Kabar Jogja, RBTV melaporkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *