Bantul – Masjid Al-Kautsar yang terletak di Bintaran Kulon, Kalurahan Srimulyo, Kapanewon Piyungan, Bantul, memiliki cara tersendiri dalam memberdayakan jemaahnya yang masih menganggur. Salah satu inisiatif yang dijalankan adalah mendirikan badan amal usaha produksi minuman rempah instan atau jamu.
Lewat usaha ini, dalam sebulan mereka dapat meraup omzet hingga puluhan juta rupiah.
Pengurus Masjid Al-Kautsar, Iki Tabah, menceritakan bahwa ide usaha ini berawal dari belum termanfaatkannya fasilitas masjid secara optimal. Sebelumnya, masjid telah menyediakan lahan bagi jemaah yang ingin berjualan kuliner, namun tidak semua memiliki usaha, sehingga lahan tersebut tidak dimanfaatkan secara maksimal.
Empat bulan lalu, tepatnya saat bulan Ramadan, para jemaah berkumpul setelah salat tarawih dan mencetuskan ide untuk mendirikan badan amal usaha. Usaha yang dipilih adalah produksi minuman rempah instan, yang dinilai potensial serta relevan dengan kebiasaan masyarakat Jawa yang lekat dengan tradisi minum jamu.
Melalui kesepakatan bersama, mereka berhasil menggalang dana sebesar Rp10 juta sebagai modal awal. Dana tersebut digunakan untuk mengadakan pelatihan bagi jemaah yang menganggur agar dapat memproduksi minuman rempah instan secara mandiri.
Kini, produk yang dihasilkan berkembang dari jahe rempah instan hingga aneka varian jamu lainnya. Iki Tabah menjelaskan, pemilihan minuman rempah sebagai produk utama didasarkan pada nilai budaya serta potensi pasar yang menjanjikan.
“Jamu adalah warisan budaya kita, dan ini bisa menjadi peluang usaha yang baik, sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan jemaah,” ujar Iki.
Bahan baku yang digunakan merupakan rempah-rempah premium seperti jahe merah, habbatussauda, kencur, kunyit, lada hitam, cengkeh, kumis kucing, serai, pegagan, dan gula tebu murni. Proses pembuatan dimulai dari pemotongan bahan tanpa dikupas, kemudian dicuci dan diendapkan. Setelah itu, bahan diblender, diendapkan kembali untuk memisahkan ampas, lalu diambil sarinya.
Usaha ini tidak hanya menjadi sumber penghasilan tambahan bagi jemaah Masjid Al-Kautsar, namun juga menjadi bentuk pelestarian terhadap minuman tradisional Nusantara yang mulai ditinggalkan.
Delly / RBTV