SLEMAN – Suasana khidmat sekaligus meriah menyelimuti Dusun Klepu, Kalurahan Sumberagung, Kapanewon Moyudan, Sleman, saat digelar acara ruwatan dan pagelaran wayang kulit. Masyarakat dari berbagai daerah turut hadir untuk menyaksikan rangkaian kegiatan budaya yang digelar sejak sore hingga malam hari.
Kegiatan dimulai dengan prosesi ruwatan oleh Adhyasworo pada sore hari. Sejumlah ubo rampe telah disiapkan sejak siang, mulai dari nasi tumpeng, gunungan, hingga panggung utama tempat pertunjukan wayang kulit berlangsung.
Ketika prosesi dimulai, peserta — yang sebagian besar anak-anak dan remaja — mengenakan kain putih sebagai simbol kesucian. Mereka didampingi oleh orang tua atau keluarga, lalu memohon doa restu sebagai bentuk harapan agar ke depan menjadi pribadi yang lebih baik dan diampuni atas kesalahan masa lalu.
Momen haru tampak terasa kuat dalam prosesi ini. Air yang telah diberi doa diguyurkan ke tubuh peserta sebagai simbol penyucian lahir dan batin, dilanjutkan dengan pemotongan sebagian rambut sebagai tanda membuang unsur buruk dari diri. Beberapa benda dari prosesi ruwatan kemudian dilarung ke laut sebagai simbol pembuangan nasib buruk.
“Prosesi ini adalah bagian dari warisan budaya Jawa yang sarat makna spiritual dan sosial,” ujar Adhyasworo, penyelenggara acara.
Usai ruwatan, acara dilanjutkan dengan pagelaran wayang kulit oleh dalang Ki Rubiyanto Guno Carito, yang membawakan lakon “Merkukuhan”. Pagelaran ini memadukan kisah klasik pewayangan dengan hiburan segar, sehingga menarik perhatian penonton dari berbagai kalangan usia.
Kemeriahan semakin terasa dengan kehadiran bintang tamu seperti Dalijo Angkring, Mami Octa, dan sejumlah komedian dari Yogyakarta yang menambah daya tarik pertunjukan.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang tontonan seni tradisional, tetapi juga menjadi wadah pelestarian budaya lokal dan sarana penanaman nilai-nilai kearifan Jawa kepada generasi muda.
Reporter: Widi – RBTV