Yogyakarta – Warga Kampung Ratmakan, Gondomanan, Yogyakarta, bersama komunitas perupa menciptakan mural sepanjang sepuluh meter di kawasan Jalan Suryotomo, Yogyakarta. Mural bergambar Patih Gajah Mada ini menjadi simbol kritik edukatif terhadap institusi Kepolisian Republik Indonesia (Polri), agar senantiasa meningkatkan kinerja dan kembali pada semangat pengabdian kepada rakyat.
Mural setinggi empat meter ini menampilkan Mahapatih Gajah Mada menggenggam lambang Tribrata emas di tangan kanan dan sebuah boneka berseragam polisi di tangan kiri. Karya ini merupakan hasil kolaborasi antara warga dan seniman lokal, dan bukan sekadar karya seni jalanan. Mural tersebut dimaksudkan sebagai bentuk kritik konstruktif sekaligus dukungan terhadap institusi Polri.
Patih Gajah Mada, tokoh legendaris yang dikenal sebagai simbol kejayaan Nusantara, diangkat sebagai pengingat akan nilai-nilai Bhayangkara sejati yang bertugas melindungi rakyat dan menjaga ketertiban umum.
Makna simbolik dalam mural ini cukup mendalam. Tangan kanan Gajah Mada yang menggenggam Tribrata melambangkan kesucian dan idealisme Polri. Sementara itu, tangan kirinya yang menggenggam boneka polisi menjadi simbol kritik terhadap oknum aparat yang dinilai hanya menjadi alat kekuasaan.
Koordinator Komunitas Perupa Kampung Ratmakan, Sumarwan, menyatakan bahwa karya ini lahir dari kepedulian warga dan seniman terhadap kondisi institusi kepolisian di Indonesia.
Hal senada juga disampaikan oleh Kepala Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada (UGM), Agus Wahyudi, yang turut hadir dalam proses pembuatan mural. Ia mengapresiasi keterlibatan masyarakat dalam menyuarakan aspirasi melalui karya seni yang mencerminkan harapan akan reformasi kepolisian.
Melalui karya mural ini, masyarakat berharap agar Polri terus memperbaiki diri, menjaga integritas, dan menjalankan tugas dengan sepenuh hati demi kepentingan masyarakat dan negara.
AGUNG, RBTV