Kulon Progo — Budidaya tanaman cabe jawa kini mulai diminati oleh warga Padukuhan Grindang, Kalurahan Hargomulyo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo. Selain memiliki harga jual yang relatif stabil dan khasiat yang beragam, tanaman ini juga dikenal bisa dipanen secara berulang.

Sejak mulai ditanam pada Januari 2022, Sukma Rumekar Sakti berhasil membuktikan bahwa tanaman obat seperti cabe jawa dapat menjadi sumber ekonomi yang berkelanjutan. Di atas lahan seluas 2.500 meter persegi, ia menanam lebih dari 250 pohon cabe jawa yang tumbuh subur meskipun dengan perawatan minimal.

Tanaman cabe jawa milik Sukma dapat dipanen rutin setiap dua minggu sekali, dengan hasil mencapai 12 kilogram setiap kali panen.

Keberhasilan Sukma menarik perhatian warga sekitar. Banyak di antara mereka yang datang langsung untuk mempelajari cara membudidayakan tanaman tersebut. Cabe jawa sendiri sudah lama dikenal sebagai bahan obat tradisional yang banyak dibutuhkan oleh industri jamu, bahkan telah menjangkau pasar ekspor.

“Cabe jawa ini tidak butuh perawatan rumit. Sekali tanam bisa panen berkali-kali, dan harganya juga stabil,” ungkap Sukma Rumekar Sakti, pembudidaya cabe jawa.

Salah satu warga yang tertarik, Tugiyono, mengungkapkan keinginannya untuk mendalami budidaya tanaman ini. Menurutnya, cabe jawa dipercaya dapat hidup hingga belasan tahun jika dirawat dengan baik.

“Saya melihat ini sebagai peluang. Tanamannya bisa hidup belasan tahun, dan kalau dikelola dengan benar, bisa jadi sumber pendapatan yang menjanjikan,” ujar Tugiyono, warga yang datang belajar.

Salah satu keunggulan cabe jawa terletak pada harga jualnya yang stabil, yakni sekitar Rp90.000 per kilogram untuk cabe kering. Selain itu, umur tanaman yang panjang—diperkirakan mencapai 10 hingga 20 tahun—menjadi nilai tambah signifikan dibandingkan tanaman lainnya.

Usaha budidaya ini tidak hanya menghidupkan lahan yang sebelumnya kosong, tetapi juga memberikan harapan baru bagi para petani desa. Terutama dalam menghadapi musim kemarau, cabe jawa terbukti tetap produktif meski di tengah cuaca panas. Hal ini menjadikannya sebagai tanaman alternatif yang potensial untuk dikembangkan lebih luas di wilayah Kulon Progo dan sekitarnya.

Bagas – RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *