Kulon Progo, Yogyakarta – Warga Kalurahan Ngentakrejo, Kapanewon Lendah, secara swadaya membangun jembatan sesek alternatif yang menghubungkan wilayah mereka dengan Kabupaten Bantul. Jembatan bambu ini didirikan melintasi Sungai Progo, menjadi solusi praktis untuk mempersingkat waktu tempuh yang selama ini harus memutar cukup jauh.

Proses pembangunan jembatan berlangsung selama sekitar 10 hari dengan biaya sekitar Rp 11 juta yang sepenuhnya berasal dari gotong royong masyarakat setempat. Jembatan bersifat sementara dan dirancang sesuai kondisi aliran sungai — jika debit air naik, jembatan akan hanyut dan kembali dibangun usai surut. Biasanya, jembatan ini bertahan hingga enam bulan.

Menurut salah satu pengelola, Suharno, warga hanya diminta kontribusi sukarela sebesar Rp 3.000 per melintas (pulang–pergi). Namun, pembayaran bersifat penuh sukarela dan tidak menjadi beban.

Beberapa pengguna jembatan menyatakan bahwa kehadiran jembatan sangat membantu. Selain memperpendek jarak tempuh, mereka tidak perlu lagi mengambil jalur memutar yang memakan waktu dan bahan bakar ekstra.

Inisiatif ini menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi dan semangat gotong royong bisa menjawab kebutuhan mobilitas masyarakat di tengah keterbatasan infrastruktur. Keberadaan jembatan sesek menunjukkan bahwa solusi cepat dan kreatif dari masyarakat menjadi penentu kemudahan akses sehari-hari.

Bagas – RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *