Gunungkidul – Ribuan warga dari empat padukuhan di Kalurahan Karangrejek, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul tampak antusias mengikuti tradisi tahunan rasulan atau bersih desa. Tradisi ini digelar setiap tahun bertepatan dengan hari Senin Wage dalam penanggalan Jawa. Selain sebagai upaya pelestarian budaya, tradisi ini juga menjadi wujud rasa syukur masyarakat atas hasil panen dan berkah keselamatan selama satu tahun terakhir.

Suasana semarak dan penuh kegembiraan tampak saat warga dari Padukuhan Karangrejek, Blimbing, Karangduwet 1, dan Karangduwet 2 mengikuti kirab budaya yang menjadi puncak kemeriahan acara.

Sejumlah gunungan hasil bumi diarak warga dari masing-masing padukuhan menuju Balai Kalurahan Karangrejek. Prosesi kirab semakin meriah dengan iringan berbagai kesenian tradisional. Padukuhan Karangduwet 1, misalnya, menampilkan pasukan berkuda “Senopati Ing Alogo” sebagai simbol kekuatan dan kewibawaan para leluhur.

Di belakangnya, jajaran lembaga padukuhan dan tokoh masyarakat turut serta dalam kirab dengan mengenakan busana adat Jawa seperti lurik hingga pakaian khas Nusantara, yang menjadi simbol keberagaman budaya yang menyatu dalam harmoni.

Penampilan Reog khas Gunungkidul juga berhasil memukau para penonton. Kesenian rakyat ini menyedot perhatian warga, bahkan sejumlah orang tua membawa balita mereka untuk diusap menggunakan kain selendang milik tokoh Reog, dengan harapan mendapatkan berkah keselamatan dan perlindungan.

Tak hanya itu, warga Karangduwet 1 juga menampilkan kreasi bertema majelis taklim yang diperankan oleh para ibu rumah tangga. Mereka tampil anggun dalam balutan busana khas dan gerakan yang mencerminkan nilai religius masyarakat. Para ibu muda pun ikut memeriahkan suasana dengan tarian tradisional yang berhasil mencuri perhatian para tamu undangan, termasuk Sekretaris Daerah Kabupaten Gunungkidul yang turut hadir.

Selain berbagai penampilan tersebut, kirab juga dimeriahkan oleh pasukan sinoman yang dibawakan oleh para remaja.

“Tradisi rasulan di Kalurahan Karangrejek menjadi wujud nyata harmoni antara manusia, alam, dan budaya,” ujar Suwarna, Dukuh Karangduwet 1.


AGUNG, RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *