Kulon Progo — Memasuki musim kemarau, sejumlah petani di Kabupaten Kulon Progo memilih menanam tanaman palawija seperti kacang hijau, yang tidak memerlukan banyak air. Komoditas ini dinilai lebih adaptif terhadap kondisi lahan tadah hujan dan perubahan cuaca.

Salah satu petani yang memanfaatkan musim tanam kedua untuk menanam palawija adalah Tumijan, warga Dusun Kembang, Margosari, Pengasih, Kulon Progo. Ia menanam kacang hijau jenis lokal di lahan tadah hujan miliknya karena perawatannya yang relatif mudah dan masa panennya cukup singkat, yakni sekitar dua hingga dua setengah bulan.

Biasanya, di musim tanam kedua, lahan milik Tumijan digunakan untuk menanam palawija berair rendah. Sedangkan di musim tanam ketiga, lahannya dibiarkan menganggur karena ketiadaan sumber air. Namun, kondisi kemarau basah tahun ini membuatnya tetap bisa menanam hingga musim tanam ketiga.

“Curah hujan masih cukup bagus. Tanaman tumbuh subur dan serangan hama juga minim,” ujar Tumijan.

Berdasarkan pengalamannya serta melihat pertumbuhan tanaman saat ini, ia memperkirakan dapat memanen sekitar 40 hingga 50 kilogram kacang hijau setiap kali panen.

Dengan harga jual rata-rata Rp15.000 per kilogram, budidaya kacang hijau menurut Tumijan lebih menguntungkan dibandingkan komoditas palawija lain seperti kedelai, yang harga jualnya lebih rendah. Selain hasil panen utama, batang dan daun kacang hijau juga masih bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Bagas – RBTV

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *