Solo – Tengkleng merupakan olahan kambing yang menjadi favorit masyarakat, terutama di wilayah Solo. Salah satu warung legendaris yang menjual tengkleng di Kota Solo adalah Warung Bu Edi. Letaknya yang berada di dekat Pasar Klewer membuat warung ini kerap dijuluki sebagai Warung Tengkleng Pasar Klewer.
Berjualan sejak tahun 1971, warung tengkleng ini selalu ramai dikunjungi pembeli. Awalnya, warung ini berlokasi di bawah gapura Keraton, tepat di samping Pasar Klewer. Namun, sejak pasar tekstil tersebut mengalami kebakaran pada tahun 2014, warung ini kemudian berpindah ke area parkir di depan Masjid Agung Keraton Surakarta.
Meski berpindah tempat, pembeli tetap datang silih berganti. Dari pantauan selama satu jam, setidaknya belasan rombongan datang untuk menyantap olahan tulang dan jeroan kambing yang menjadi andalan warung ini.
Dalam sehari, Warung Bu Edi menyediakan empat hingga lima panci besar berisi tengkleng. Buka mulai pukul 12.00 siang, warung ini kerap tutup lebih awal sekitar pukul 15.00 karena dagangan telah habis.
“Kami mulai jualan dari jam dua belas. Biasanya jam tiga sudah habis,” ujar Sulistri, pemilik warung.
Pengunjung yang datang pun tak hanya berasal dari Kota Solo. Banyak di antara mereka yang datang dari luar kota, khusus untuk mencicipi tengkleng legendaris ini.
“Saya sengaja datang dari Jogja, penasaran karena kata teman-teman ini tengkleng terenak,” ujar Daniel, salah satu pengunjung asal Yogyakarta.
Meskipun harganya sedikit lebih mahal dibandingkan kebanyakan warung tengkleng lain, yakni Rp50.000 per porsi, menu ini tetap diminati karena rasanya yang khas dan porsinya yang mengenyangkan.
Olahan tulang dan jeroan kambing ini dulunya dikenal sebagai “makanan tandingan” rakyat jelata, karena daging kambing hanya dinikmati oleh para bangsawan. Sementara itu, masyarakat biasa harus puas menyantap bagian tulang dan jeroan. Namun kini, tengkleng justru menjadi kuliner yang diburu banyak orang dari berbagai kalangan.
RIZKI BUDI PRATAMA, RBTV