Dalam sebuah workshop yang membahas kolaborasi penanganan Penyakit Mulut dan Kuku (P-M-K) yang digelar oleh Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Agung Suganda, mengungkapkan bahwa lonjakan kasus P-M-K tidak lepas dari kepanikan yang terjadi di kalangan peternak.
Menurut Agung, kepanikan ini muncul setelah para peternak mengetahui bahwa ternaknya terinfeksi penyakit tersebut. Kepanikan semakin diperburuk oleh pihak-pihak tertentu yang sengaja mengunggah kasus-kasus P-M-K dari tahun 2022 lalu. Tujuan dari tindakan ini, kata Agung, adalah untuk membuat harga ternak merosot. Padahal, penyakit ini tidak menular pada manusia.
Di sisi lain, Agung menambahkan bahwa banyak peternak yang tidak melakukan upaya penanganan yang tepat, seperti isolasi ternak yang terinfeksi atau pengobatan. Alih-alih melaporkan kejadian tersebut ke Puskeswan, mereka justru memilih untuk menjual ternaknya, meskipun harga jualnya sudah turun.
Agung Suganda menegaskan, “Kami mencatat bahwa hal ini terjadi karena kepanikan yang tidak diikuti dengan langkah pencegahan yang benar. Para peternak justru menjual hewan ternaknya ke pasar hewan, yang mempercepat penularan penyakit tersebut. Akibatnya, berita-berita tentang P-M-K semakin marak di media sosial, yang justru menambah kepanikan di kalangan peternak lain dan membuat harga ternak semakin turun.”
Lebih lanjut, Agung menghimbau kepada seluruh peternak agar mendapatkan edukasi tentang cara pencegahan penularan P-M-K. Ia memastikan bahwa penyakit ini dapat disembuhkan dan tidak akan menular kepada manusia.
Widi / RBTV