Sepinya Penjualan Hewan Ternak, Khususnya Sapi, di Beberapa Pasar Tradisional Menjadi Dampak dari Kembalinya Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang Menyerang Hewan Ternak.
Meski tidak sampai menular dan membahayakan kesehatan manusia, dampak penularan PMK pada hewan ternak mulai dirasakan hampir semua kalangan peternak di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Minimnya minat pedagang atau peternak untuk membeli sapi lantaran takut tertular PMK membuat salah satu pedagang ternak asal Girimulyo, Kulon Progo, Sukirdi, mengalami kesulitan dalam menjual hewan ternak miliknya sejak sekitar 10 hari terakhir.
Hal tersebut disebabkan karena, selain mengakibatkan ternak sapi tidak laku dijual, hal ini juga membuat harga jual sapi di pasaran menurun drastis. Penurunan paling parah terjadi pada sapi jenis anakan, yang rata-rata mencapai harga 2 hingga 3 juta rupiah per ekornya. Saat ini, harga jual sapi sudah mengalami penurunan antara 1 hingga 3 juta rupiah per ekornya. Akibat penurunan harga tersebut, Sukirdi bahkan mengaku sudah mengalami kerugian hingga 7 juta rupiah selama beberapa hari terakhir, karena 3 ekor sapi miliknya hanya laku terjual dengan harga jauh di bawah harga beli sebelumnya.
Sukirdi, pedagang sapi, mengatakan bahwa “dampak PMK ini sangat signifikan, karena di pasar semakin sepi dan pembeli tidak ada. Kebanyakan pembeli takut membeli dan takut rugi akibat adanya wabah PMK ini. Adapun untuk harga jual pun turun drastis dengan kerugian antara 1 hingga 2 juta rupiah”.
Akibat merebaknya kasus PMK ini, para peternak sekaligus pedagang mengaku lebih memilih untuk menghentikan aktivitas jual beli seperti biasanya. Selain takut merugi, hewan ternak juga berpotensi tertular PMK dan pada akhirnya mati.
Bagas/ RBTV