Para sineas muda tanah air berkumpul di Yogyakarta untuk beradu pada ajang Alternativa Film Award and Festival, sebuah event yang diinisiatif oleh Nirlaba Internasional yang mendukung para pembuat film dari industri yang sedang berkembang.
Sedikitnya ada 206 film asal Indonesia yang berpotensi membawa perubahan sosial akan bersaing dalam ajang berhadiah total 100.000 USD. Nantinay, film karya sineas muda akan dipilih oleh 23 orang komite film.
Salah satu keunikan festival film ini adalah karena sifatnya yang nomaden, di mana setiap tahun lokasi penyelenggaraannya berpindah-pindah.
“Tidak stereotip itu paling penting untuk kita memilih sebuah festival. Selanjutnya, punya visi, yang film-filmnya harus punya peran dalam sosial ataupun ruang hidup dari film itu sendiri. Itu juga jarang terjadi. Kadang-kadang kita hanya bicara tentang film yang bagus saja, tapi film yang punya peran dalam ruang-ruang sosial, politik, maupun budaya dari suatu daerah itu adalah salah satu ciri alternatifnya yang dinyatakan dengan tegas, yang tidak ada pada festival-festival yang lain. Yang ketika adalah sifat yang disebut nomaden. Nomaden ini suatu festival yang akan bergerak dari satu wilayah Jogja ke wilayah yang lain,” Garin Nugroho, Chief of Program GIK UGM.
Sebelumnya, festival film digelar di Asia Tengah, dan pada tahun ini digelar di Asia Tenggara, di mana Yogyakarta menjadi lokasi pilihan. Kota Yogyakarta dipilih karena memiliki ekosistem kreatif terutama di bidang perfilman.
Beberapa kategori penghargaan yang diperebutkan antara lain Spotlight Award, Features Voice Award, Alter Award, Nativa Award, dan Short Award.
Tak hanya kompetisi film, Alternativa Film Award 2024 juga menyelenggarakan berbagai program edukasi mulai dari workshop dan pelatihan sinema.
Diharapkan festival film ini akan mengangkat pemberdayaan masyarakat dengan berbagai isu sosial yang relevan, mulai dari kesetaraan gender, perlindungan anak, hingga keamanan digital.
Agung, RBTV.