Rangakian kegiatan kunjungan sebanyak 20 difabel bersama pendampingnya ini, dilakukan Dinas Koperasi (Dinkop) UKM Kutai Kartanegara untuk meningkatkan kompetensi kaum disabilitas.

Mereka belajar membatik mulai membuat motif, pengecapan, mencanting, hingga mewarnai, bahkan juga membuat media cap batik khusus bati disabilitas. Berbagai macam simbol ditonjolkan dalam pembuatan batik, baik dengan menggunakan metode cap maupun canting manual.

Andini Pradiya Safitri, salah satu peserta difabel antusias dalam mengikuti pelatihan membatik ini. Berbagai macam proses membatik ia pelajari dengan harapan, dirinya bisa membagikan dan mengembangkan pengalamannya ke tempat asalnya.

“Terutama ingin menunjukkan potensi bahwa disabilitas itu bisa untuk berkreasi, dalam membuat batik, dan menambah ketrampilan. Sulit-sulit gampang karna mungkin masih belum terbiasa, tapi melihat proses nya mudah diikuti” Andini Pradiya Safitri, Peserta Difabel.

Sadino, Staf Pemberdayaan Usaha Mikro Dinkop UKM Kutai Kartanegara mengatakan, dengan dilakukannya pelatihan ini diharapkan bisa mengasah ketrampilan para penyandang disabilitas yang mengikuti pelatihan ini, dan mampu meningkatkan daya saing, layaknya manusia pada umumnya.

“Supaya temen-temen disabilitas ini bisa mempunyai kemampuan, mempunyai kegiatan nantinya untuk mengembangkan batik di Kutai, Kartanegara. Harapan kita setelah melakukan pelatihan ini temen-temen dari disabilitas ini bisa mempunyai kegiatan usaha sendiri” Sadino, Staf Pemberdayaan Usaha Mikro Dinkop UKM Kutai Kartanegara.

Bayu Permadi, pemilik Sembung Batik mengatakan dirinya sempat melakukan brainstorming bersama dengan para penyandang difabel, untuk menentukan metode pelatihan yang efektif. Salah satunya dengan menentukan motif yang mudah untuk dibuat, dan canting khusus sehingga dapat mempermudah para penyandang disabilitas dalam pengerjaannya.

“Mereka belajar batik dengan ciri khas mereka, dengan bahasa mereka, dengan motif yang mereka bikin sendiri, memang disini mereka karena berkebutuhan khusus, mereka ada sedikit kendala untuk komunikasi bersama tim-tim kita, karena kita juga dalam rangka masih belajar untuk bahasa isyarat seperti huruf A, huruf B, C, D, E” Bayu Permadi, Pemilik Sembung Batik.

Dari pengalaman melatih peserta difabel ini, pengelola mulai memahami metode yang tepat untuk melatih dengan cara mencontohkan lebih banyak. Berkat itu, peserta memahami pelatihan. Bahkan kaum difabel justru memiliki keuletan dan ketelitian melibihi orang normal lainnya.

Bagas, RBTV.

By Nabila

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *