Lahan yang di gunakan oleh Hariyono Purwanta untuk menanam mentimun dan terong lalap, adalah dengan menggunakan media polybag. Hariyono mengungkapkan. Ia yakin menanam menggunakan cara ini karena lebih efisien karena dapat memberikan pupuk kepada tanaman dengan lebih presisi dan mudah. Selain itu banyak keuntungan yang lain seperti penggunaan air yang lebih sedikit, hingga produktivitas tanaman yang lebih tinggi.

“Efisien air, air yang kita gunakan itu sedikit sekali, di bandingkan kita konvensional dan yang terakhir adalah produktivitasnya. Produktifitasnya menjadi lebih tinggi dan baik menurut saya, serta tanamannya menjadi sehat-sehat semua,” ujar Hariyono Purwanta, Petani Brengosan Donoharjo Ngaglik Sleman.

Hariyono menambahkan, kemudahan dalam perawatan tanaman hingga saatnya panen di dukung. dengan instalasi pengairan atau fertigasi yang memudahkan dalam pemberian pupuk dan menyiram Tanaman. Ia cukup menghidupkan mesin diesel untuk mengairi seluruh tanamannya dalam waktu relatif singkat.

“Jadi sistem fertigasi ini, kita membuat satu tempat nutrisi, kemudian ada alat yang namanya venturi injector. Venturi injector ini adalah alat untuk menyerap nutrisi yang sudah kita siapkan di tandon. Air yang sudah melewati venturi injector. Ini sudah ada pekatan antara air dan nutrisi sesuai dengan PPM atau konsentrasi yang kita inginkan. Kemudian sampai ke tanaman polybag, relatif sama. Antara di ujung yang satu dengan ujung yang lain relative sama,” Imbuh Hariyono Purwanta, Petani Brengosan Donoharjo Ngaglik Sleman.

Bertani dengan metode ini, di akui membutuhkan biaya yang sedikit lebih besar di awal. Inilah yang mungkin menjadi salah satu pertimbangan petani lain untuk mencoba metode ini. Keberhasilan panen mentimun dan terong membuat area lahan tanamnya sering menjadi bahan belajar dari sejumlah kampus.

“Pak Hariyono, sebagai pemilik lahan ini sudah menerapkan menerapkan sistem LEISA. Jadi Low Eksternal Input Sustainable Agriculture (LEISA), adalah sistem pertanian yang bijak. Dia bisa menggunakan media yang cukup sehat, yaitu mencampurkan antara tanah, pupuk organik, sekam, dan arang. Itu sebagai media yang sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman holtikultural, spesialnya ini adalah tanaman timun. Jadi dengan media tersebut dia masih menggabungkan pupuk yang anorganik atau pupuk kimia. Tapi pupuk ini di gunakan secara bijak,” ujar Oktavia Sarhesti Padmini, Dosen Fakultas Pertanian UPN Yogyakarta.

Kedepan hariyono akan menambah luasan lahan hingga mencapai 1,5 hektar. Ia juga membuka diskusi untuk metode yang di lakukannya saat ini dan terbuka jika ada petani yang ingin bergabung.

Widi, RBTV.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *