Puluhan mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, mengundang 13 calon rektor untuk berdialog terkait dengan UKT atau uang kuliah tunggal.

Namun, hingga hampir dua jam dari jadwal undangan, tidak satupun calon rektor ini yang hadir. Padahal hasil survey menunjukan, sekurangnya 82 persen mahasiswa UIN Sunan Kalijaga membayar UKT tidak sesuai dengan kemampuan yang ada, atau membayar terlalu tinggi di banding kemampuan keluarganya.

Dewan eksekutif mahasiswa bersama kalangan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, mengundang 13 calon rektor perguruan tinggi yang berada di bawah kementrian agama ini untuk mendialogkan persoalan uang kuliah Tunggal atau UKT yang akan naik pada tahun ini. Saat ini UIN Sunan Kalijaga sudah menyampaikan usulannya ke kementrian agama untuk menjadi peraturan mentri agama.

Undangan kepada 13 calon rektor ini ternyata tidak mendapat tanggapan. Sehingga tidak ada satupun calon rektor yang menghadiri undangan dewan eksekutir mahasiswa yang di gelar di emperan Gedung serba guna. Ketua dewan eksekutif mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, Thoriqotur Romadhani bahkan menyebutkan, sejumlah calon rektor sempat di intimidasi agar tidak menghadiri undangan dema UIN Sunan Kalijaga.

Padahal, hasil survey mahasiswa, sebanyak 82 persen dari 300an responden mengaku bahwa membayar UKT lebih tinggi dari yang seharusnya.

“Kemarin dari FORMAL, forum mahasiswa Kalijaga, kami mengambil sample untuk meminta responden, dan sekitar ada tiga ratusan responden. Mereka mengeluhkan penetapan besaran UKT yang tidak sesuai dengan apa yang di dapatkan. Jadi, ketidakpuasan tersebut sekitar di angka 82 persen.” Ungkap Thoriqotul Romadhani, ketua eksekutif mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Berbeda dengan perguruan tinggi negeri lainnya, di UIN senat perguruan tinggi hanya sampai mengajukan nama yang lolos ke menteri agama. Siapa yang di tunjuk sebagai rektor sepenuhnya kewenangan menteri agama. Widi, RBTV.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *