Puluhan bangunan liar dan tak berijin bermunculan, di kawasan sabuk hijau atau Green Belt, wilayah pesisir pantai Glagah hingga Congot kabupaten Kulon Progo. Warung-warung semi permanen ini tampak menjamur. Seiring ramainya wisatawan yang datang berkunjung ke kawasan yang telah di tetapkan sebagai daerah konservasi penahan abrasi pantai. Sekaligus pelindung bandara Yogyakarta Internasional Airpot tersebut.
Kawasan sabuk hijau atau Green Belt Yogyakarta Internasional Airport, yang terdapat di wilayah pesisir pantai Glagah hingga Congot kapanewon Temon, kabupaten Kulon Progo. Menjadi memprihatinkan karena terdapat puluhan bangunan warung semi permanan ini, tampak tumbuh subur, selama kurun waktu 2 bulan terakhir.
Tak hanya di bangun warga sekitar, bangunan tak berijin ini di ketahui juga banyak didirikan warga luar daerah. Seperti Purworejo untuk berjualan makanan serta minuman. Dari pantauan, tampak seluruh bangunan di bangun pada lokasi penghijauan yang telah di tetapkan sebagai daerah sabuk hijau penahan abrasi pantai. Sekaligus pelindung bandara Yogyakarta Internasional Airport, yang merupakan bagian mitigasi bencana.
Tak hanya menempati lahan penghijauan yang ada di kawasan Green Belt saja. Keberadaan warung-warung ini juga tampak mengakibatkan sejumlah tanaman yang telah di tanami menjadi mati. Hal ini cukup ironis. Mengingat saat awal proses pembangunan bandara YIA beberapa tahun yang lalu, puluhan petani tambak udang di wilayah ini harus tergusur. Demi pembangunan kawasan sabuk hijau atau Green Belt ini.
“Mulai ramai itu waktu puasa, di sini campuran juga, ada yang lokal dan ada yang dari luar wilayah. Potensi untuk mencari nafkah di sini cukup bagus, kalau ramai saya bisa mendapat penghasilan sampai satu juta lebih. Belum ada perizinannya, jika ingin berjualan di sini di perbolehkan, tetapi di sela-sela dari tanaman, dan tidak merusak. Di sini juga tidak pernamen, jadi jika di minta untuk pergi atau di larang untuk berjualan sewaktu-waktu kami iklas. Karena kami hanya menumpang.” Ungkap Tukirah, pedagang
Meski berdampak positif bagi perekonomian sebagian warga, namun jika tidak di lakukan penataan maupun penertiban. Bukan tidak mungkin kondisi ini akan menimbulkan persoala baru di masa mendatang. Terlebih mayoritas warung di bangun di lokasi tepi pantai yang pada tahun 2018 lalu sempat mengalami kerusakan abrasi paling parah.
Bagas, RBTV.