Di lepas oleh Bupati Gunungkidul, ribuan umat kristiani memulai arak-arakan budaya bertajuk ‘pisungsung undhuh-undhuh’. Dengan mengarak gunungan dan persembahan hasil bumi, kirab ini mengambil rute mengelilingi kota Wonosari. Di mulai dari kantor pemkab Gunungkidul di lanjutkan ke jalan sumarwi, pasar argosari dan finis di gereja GKJ Wonosari.
Selain mengarak gunungan, kirab ini juga menampilkan sejumlah atraksi budaya dari berbagai daerah yang ada di Gunungkidul. Mulai dari prajurit lombok abang, tari-tarian, busana unik, hingga kesenian tradisi.
Menariknya meski di selenggarakan oleh gereja kristen Wonosari, kirab budaya ini turut di meriahkan oleh masyarakat non kristiani di antaranya kelompok kesenian reog, ibu-ibu berjilbab dengan topi caping, hingga pengamanan arak-arakan.
Menurut ketua panitia undhuh-undhuh Kuswanto, persembahan undhuh-undhuh merupakan tradisi tahunan yakni ungkapan syukur bagi Tuhan atas hasil pertanian dalam bentuk gunungan, dan berbagai bentuk persembahan barang dari wiraswasta dan pegawai.
Terlibatnya umat non kristiani dalam arak-arakan undhuh-undhuh, ini menjadi wujud terjaganya toleransi antar umat beragama di Gunungkidul.
“supaya jemaat selalu mengucap syukur yang lebih baik. Dan ucapan syukur ini juga dapat di nikmati oleh semua masyarakat, baik yang beragama kristen maupun tidak. Karena wujud nyatanya kirab ini di laksanakan juga oleh saudara-saudara kita yang non kristiani”. Ujar Kuswanto, ketua panitia undhuh-undhuh.
Agung, RBTV.