Memasuki awal musim kemarau lima hektar lahan pertanian padi di kawasan bulak silir agung, karangsewu, galur, Kulon Progo mengalami kekurangan air untuk kebutuhan irigasi.
Berkurangnya debit air dari saluran irigasi dan tidak adanya hujan dari beberapa bulan terakhir, membuat petani mengairi sawah dengan memompa air tanah menggunakan mesin disel.
Salah seorang petani, Agus Hidayat mengaku rela mengeluarkan biaya lebih untuk membeli bahan bakar hingga 25 ribu rupiah dalam sekali melakukan pengairan. Hal ini demi bisa menanam padi dan mencukupi kebutuhan beras untuk simpanan makan sehari-hari. Pasalnya jika tidak di ari menggunakan pompa air, tanaman padi miliknya yang baru berusia 10 hari akan langsung mengering dan mati.
“karena tidak hujan sehingga kita memompa air tanah, menggunakan mesin di sel. Lima hari sekali, butuh waktu tiga jam, menghabiskan biaya untuk bensin dua puluh lima ribu”. Ujar Agus Hidayat, petani.
Agus menyebut setiap tahunnya saat memasuki musim tanam, kedua hektaran lahan pertanian di kawasan bulak silir agung ini selalu kekurangan pasokan air untuk irigasi. Hal itu memaksa para petani harus mengairi sawah mereka menggunakan air tanah, yang di pompa menggunakan mesin di sel. Hal ini di lakukan mulai sejak awal masa tanam, hingga menjelang masa panen tiba.
Bagas, RBTV.