Di tengah melambungnya harga bawang merah di pasaran, yang mencapai 70 ribu rupiah per kilogram saat ini, sejumlah petani di Kabupaten Kulonprogo justru harus merugi. Hal itu disebabkan karena para petani mengalami penurunan hasil produksi secara drastis. Tak sedikit dari petani bahkan harus rela kehilangan biaya modal, lantaran lahan pertanian bawang merah mereka mengalami gagal panen. Seperti dirasakan petani bawang merah asal Desa Srikayangan Sentolo Kulon Progo, Ngatimin.
Akibat masifnya serangan hama ulat grayak, lahan pertanian bawang merah seluas 300 meter persegi miliknya. Seluruhnya rusak saat baru memasuki usia 20 hari atau 2 bulan sebelum masa panen. Tak hanya rugi waktu dan tenaga, ia pun juga harus kehilangan modal untuk biaya membeli bibit yang mencapai 2 juta rupiah.
“Tanaman bawang merah banyak yang terkena ulat grayak, dalam satu pohon bisa sampai 20 ulat. Dampaknya tanaman bawang banyak yang daunnya habis padahal baru usia 20 hari. Usia paling tua 25 hari, sudah tinggal akar. Saya menjadi tidak panen sama sekali, padahal harga bawang merah sedang baik. Sekarang sekitar Rp 50.000,00, kalau biasanya hanya Rp 30.000,00. Harga menjadi bagus karena banyak penanam bawang merah yang gagal,” ujar Ngatimin, Petani Bawang Merah.
Meski harga bawang merah di tingkat konsumen melambung tinggi hingga 70 ribu per kilogramnya. Namun di tingkat petani harga jual bawang merah saat ini hanya berkisar di angka 50 ribu saja. Besarnya selisih nilai jual itu pun semakin menambah kerugian petani yang sebelumnya mengalami gagal panen dan tak bisa mendapatkan hasil panen secara maksimal.
Bagas, RBTV.