Sebagian petani padi di kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai melakukan panen padi pada Minggu kedua bulan Maret ini. Namun, memanen padi saat ini tidak terlalu mudah, karena banyak tanaman padi yang roboh akibat terjangan angin kencang beberapa waktu lalu.

Di saat harga Gabah kering panen masih tinggi, sejumlah petani di Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai melakukan panen. Salah satunya di Watukarang, kalurahan Margo-Agung, Seyegan, Sleman.

Petani memanen dengan cara memotong batang pohon padi menggunakan sabit. Batang pohon atau damen yang masih ada padinya itu kemudian di masukkan ke dalam karung. Untuk selanjutnya akan di pisahkan antara batang tanaman dengan padi setelah di layukan.

Salah satu petani di Watukarung, Slamet memperkirakan panen di lahan seluas 900 meter persegi ini akan mendapatkan delapan hingga sembilan kuintal gabah kering panen.

Untuk saat ini, harganya masih tinggi pada kisaran 700 hingga 800 ribu rupiah per kuintal.

“Untuk 200 meter, 700 ribu jelas mendapatkan keuntungan. Kalau ini perkiraan saya mendapatkan sekitar 900an kwintal.” Ungkap Slamet, petani

Mulai memasuki panen, di harapkan akan menekan tingginya harga beras secara keseluruhan. Meski Bank Indonesia perwakilan Daerah Istimewa Yogyakarta.

“Spot-spot lahan pertanian sudah mulai panen, diharapkan ini dapat memberikan tambahan masukan, sehingga harga beras bisa kembali membaik ditengah permintaan masyarakat yang tinggi pada saat HPKS seperti saat ini. Kedepannya ini belum bisa selesai, setelah April, Mei-Juni sudah memasuki liburan sekolah, dan banyak turis yang akan datang ke Yogyakarta, Sleman.” Ungkap Ibrahim, kepala perwakilan Bank Indonesia DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *