Ikatan cendekiawan muslim Indonesia, korwil Daerah Istimewa Yogyakarta, mencermati perkembangan politik terkini menyebut telah terjadi perkembangan politik nasional yang mengindikasikan, terjadinya penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan. Penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan itu, sangat terlihat digunakan untuk kepentingan politik praktis pribadi dan sekelompok golongan dengan mengerahkan sumber daya negara.

ICMI DIY  juga menegaskan, masuknya Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden mengandung cacat etik, dan mengindikasikan kuat sebagai upaya penciptaan dinasti politik melanggengkan kekuasaan.

Melihat kondisi itu,  ICMI korwil DIY melalui pernyataan sikapnya, mendesak agar elite kembali menegakkan etika dan peradaban dalam berbangsa dan bernegara, serta mengajak masyarakat luas untuk memastikan pemilu 2024 berjalan sesuai prinsip-prinsip demokrasi yang adil, jujur, transparan dan tidak menabrak prinsip-prinsip etika, demokrasi dan konstitusi.

“KPU dan Bawaslu supaya bekerja bebas dari intervensi kekuasaan. Yang ke tiga, aparat negara menjunjung tinggi netralitas aparat. Kemudian yang ke empat, masyarakat supaya proaktif mengawasi proses-proses pemilu dari kecurangan-kecurangan dari proses pencoblosan sampai perhitungan suara. Yang ke lima, masyarakat jangan takut melaporkan dan mempublikasikan jika ada kecurangan. Dan yang terakhir, semua pihak menjadikan pemilu ini benar-benar langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Serta menjadikan proses pemilu di DIY memang istimewa”. Ujar Chamim Zarkasi, wakil ketua ICMI DIY yang membacakan pernyataan sikap.


“pemilu 2024 ini banyak isu-isu yang muncul. Yang pada intinya berbagai kalangan dari berbagai pihak menyimpulkan bahwa kondisi saat ini kurang menguntungkan untuk demokrasi di Indonesia. Oleh karena itu, kami ICMI merasa terpanggil karena merasa prihatin dengan perkembangan ini”. Ujar Nandang Sutrisno, anggota ICMI DIY.

“karena sekarang ini kita banyak menyimpang dari ketatanegaraan Indonesia. Etika itu sudah tidak di hargai lagi, padahal inti pemimpin nasional itu pada etika. Etika itu tidak di ciptakan oleh orang, tapi di ciptakan oleh lubuk hati sebagai pemimpin”. Sambung Doddy Yudhistira, anggota ICMI DIY.

Widi, RBTV.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *