Kedelai masih menjadi permasalahan utama bagi produsen tempe di DIY. Harga yang cukup tinggi membuat sejumlah produsen tempe melakukan langkah antisipasi agar tetap dapat berproduksi. Syahrul yang merupakan Produsen Tempe Super Dangsul mengaku saat harga kedelai tinggi, ia membuat ukuran tempenya menjadi lebih kecil.

Syahrul sebagai Produsen Tempe Super Dangsul mengatakan, “Kalau kenaikannya signifikan, Kami mengurangi saja ukuran atau volumenya. Untuk harga tetap, disamping itu kita juga membuat ukuran yang lebih tinggi. Misalnya paling besar 8 ribu, kita buat 10 ribu, jadi untuk alternatif bagi mereka yang menganggap ‘ini kok terlalu kecil’ jadi kita menyediakan harga diatasnya.” Ujarnya.

Sementara itu Ketua Pusat Koperasi Tempe-Tahu Indonesia atau PUSKOPTI DIY, Tri Harjono mengatakan, harga kedelai saat ini mencapai 12.050 ribu per kilogram.

Harga tersebut terbilang tinggi, meski mengalami sedikit penurunan.

Tri menyebut kebutuhan kedelai masing-masing kabupaten mencapai 150 ton per bulan. Tingginya kebutuhan kedelai untuk produksi tempe dan tahu, membuat perajin mengandalkan kedelai impor. Pasalnya stok kedelai lokal sangat terbatas.

Ketua Pusat Koperasi Tempe-Tahu Indonesia atau Puskopti DIY, menyebutkan, “Kalau sekarang belum naik, jadi kebetulan hari kemarin harga kedelai yang tadinya 12.300 per hari ini menjadi 12.050, itu termasuk tinggi. Harga ideal keekonomisan itu memang ada di angka antara 10.000 sampai 11.000.”

Sementara itu Sekjen Forum Tempe Indonesia, Muhammad Ridha menyebut fluktuasi harga kedelai terjadi sejak lama setelah bulog tidak memegang peranan dalam distribusi kedelai. Namun ia menganggap yang terpenting adalah kekompakan produsen tempe dalam menyikapi kenaikan harga kedelai.

Sekjen Forum Tempe Indonesia, yaitu Muhammad Ridha mengatakan, “Biaya logistik hubungannya dengan harga minyak juga, kemudian harga kedelai sendiri. Nah misal salah satu komponen ini berubah, itu akan mempengaruhi harga di Indonesia. Tapi itu sebenarnya bukan hal yang buat perajin sebenarnya, tapi bagaimana menurut saya yang lebih penting menjaga kekompakkan perajin agar sama-sama bisa bersatu menghadapi naik turunnya harga kedelai.” Ujarnya.

Widi, RBTV.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *