YOGYAKARTA-Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam badan eksekutif mahasiswa , BEM Nusantara DIY menggelar aksi demo menolak putusan mahkamah konstitusi mengenai batas usia calon presiden dan wakil presiden di Tugu Golong Gilig, Yogyakarta.
Dalam aksinya, sejumlah mahasiswa menutupi wajahnya dengan poster muka presiden Joko Widodo, ketua MK, Anwar Usman dan wali Kota Solo sekaligus calon wakil presiden dari pasangan calon presiden Prabowo Subianto, yaitu Gibran Rakabuming Raka. Dalam poster itu, mereka menutupi ketiganya dengan tanda silang sebagai bentuk kekecewaan atas praktik politik saat ini. Tak hanya itu, juga ada aksi teatrikal mahasiswa yang mengecat rubuhnya serba putih bertuliskan MK yang juga disilang.
Koordinator daerah BEM Nusantara DIY, Arya Dewei Prayitno mengatakan, aksi demo ini merupakan bentuk penolakan mereka terhadap keputusan MK terkait usia capres-cawapres. Pihaknya menilai putusan MK soal batas usia capres-cawapres telah melukai marwah demokrasi. Lantaran putusan mk tersebut memuluskan Gibran menjadi cawapres Prabowo Subianto. Selain itu, dengan putusan tersebut disinyalir ada politik dinasti yang dipraktekan Jokowi, mengingat adanya hubungan keluarga dari Jokowi, Gibran, serta Anwar Usman.
Arya Dewei Prayitno , koordinator BEM nusantara DIY menjelaskan “Hari ini kami menunjukan bahwa ekalasi dan masivitas dari gerakan mahasiswa harus terus digerakan harus terus ditambah. Untuk apa, kami mengencam bentuk keras segala praktik-praktik politik dinasti yang itu buruk, jelek, bahkan keji bagi proses demokrasi di Indonesia, bagaimana di pertontonkan oleh rezim saat ini, di mana kuasa-kuasa itu hanya berdasarkan relasi dan juga hubungan keluarga kami sangat menyayangkan hal tersebut. Maka tuntutan kami pada hari ini adalah menuntut pemerintah untuk mengembalikan integeritas mahkamah kontitusi atau mereposisi mahkamah kontitusi sebagai lembaga negara yang memiliki integritas, kapabilitas, dan juga akuntabilitas. Yang kedua kami menuntut untuk menolak dan melawan segala bentuk politik dinasti atau dinasti politik. Yang terakhir adalah kami menuntut untuk mencopot ketua mahkamah kontitusi, karena hari ini mahkamah kontitusi tidak lagi berdaulat dan tidak lagi berintegritas karena kekuasaan yang di berikan kepada mereka yang memiliki relasi kuasa ataupun hubungan keluarga”
Selain melakukan orasi, mahasiswa juga melakukan aksi teatrikal hingga melakukan aksi menyilang foto dari presiden Joko Widodo, wali kota Solo Gibran Rakabuming Raka, serta ketua mahkamah konstitusi, Anwar Usman, sebagai bentuk kekecewaan kami dari rezim saat ini.
Agung Ristiono , RBTV