Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Kapanewon Tempel ini, terdapat sebuah pemetaan-pemetaan yang dilakukan oleh Kadinas Kesehatan Sleman terhadap kelurahan-kelurahan yang terdapat di Kapanewon Tempel, Sleman, Yogyakarta. Dalam hal ini, seluruh kepala lurah yang berada di dalam Kapanewon Tempel mengungkapkan tentang bagaimana usaha mereka dalam mengurangi angka stunting pada anak, baik baduta hingga balita.

Biasanya,  gejala stunting ini berdampak kepada keluarga dengan strata ekonomi menengah ke bawah dikarenakan oleh ketidakmampuan membeli bahan pangan untuk memenuhi kandungan gizi bagi anak. Namun, dalam sambutannya, Wakil Bupati Sleman, Danang Maharsa, menjelaskan bahwa gejala stunting ini juga terdampak bagi anak dari keluarga dengan strata ekonomi menengah ke atas. Imbuhnya, keluarga dengan strata ekonomi menengah ke atas tersebut juga susah untuk diajak sosialisasi mengenai gejala stunting ini.

Danang Maharsa, Wakil Bupati Sleman menyatakan, “Stunting itu tidak identik dengan kemiskinan. Contone neng Tempel ini, ya to? Neng kene ki kemiskinane tiga besar dari bawah, Prambanan, Seyegan, Tempel. Ning stuntinge, saya lihat data itu banyak, 5,47, di bawah persentase rata-rata stunting kabupaten. Tetapi, juga banyak masyarakat yang kaya anak-anaknya stunting dan ini yang malah paling sulit diajak kerja sama untuk menanggulangi stunting.”

Kepala Dinas DP3AP2BK Sleman, Wildan Solichin, menjelaskan keluarga dengan keadaan ekonomi tersebut sangat susah untuk diintervensi atau susah untuk diajak kerja sama dalam mengurangi angka stunting pada anak. Keadaan orang tua yang sibuk mempersulit mereka untuk memeriksakan anaknya ke posyandu terdekat.

Wildan Solichin, Kepala Dinas DP3AP2BK Sleman menyatakan, “Tapi kalau itu menyebar di keluarga kaya yang tidak mudah untuk kita intervensi, kalau miskin kita mudah untuk intervensi, Dinas Sosial itu punya vandel yang banyak untuk intervensi. Tapi kalau bukan dari keluarga miskin, ngga mudah, ngga gampang kita intervensi. Apalagi tadi disampaikan ibu-ibu tadi, termasuk dari TPPS, kita mengajak para anak stunting dari keluarga yang tidak miskin itu ternyata tidak mudah. Kesibukannya, kadang ke Posyandu itu tidak mudah, apalagi di perumahan. Jadi itu menjadi kendala.”

Merokok juga merupakan penyebab stunting bagi anak. Hal ini dibuktikan dengan data keluarga dengan anak yang tergejala stunting, salah satu anggota keluarganya merupakan perokok aktif.

Bagas, RBTV.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *