Para pemerhati budaya ini, di Cokrowijayan, Gamping, Sleman, hari minggu kemarin, mendesak agar kata-kata kasar dan misuh tersebut dihilangkan dari lirik lagu Koplo berjudul nemen. Namun jika masih bertahan, para pemerhati budaya ini mendesak kepada otoritas pemerintahan dan keamanan di daerah Istimewa Yogyakarta, tidak memberikan izin pentas yang menampilkan lagu tersebut, siapapun yang membawakan.

Para pemerhati menilai, dalam beberapa konser yang mengajak audiens misuh bersama, bertentangan dengan upaya-upaya untuk mendidik dan membina kalangan generasi muda untuk menjaga budaya, tata krama, unggah ungguh dan subasita. Karena itu mereka meminta kepada Gilga Sahid untuk mencabut kata-kata kasar tersebut dari lagu dan menggantinya dengan kata-kata yang lebih mendidik. Para pemerhati ini berharap agar desakan mereka ditanggapi sebelum menjadi permasalahan hukum.

Arya Kamandanu,  penggagas FKPPBN – forum komunikasi perempuan pelestari budaya nusantara menyatakan “Sebut aja ini ada salah satu karya musik yang di ciptakan oleh mas Giga Sahid yang judulnya nemen, awalnya saya mendengar lagu nemen ini sebenarnya tidak ada masalah waktu di bawahkan mba Happy Asmara sama mas Deni, kemudian saya melihat kok lagu jadi populer dengan ada sesuatu yang viral dan di situ bentuk dari misu jadi, umpanan kalau di dalam bahasa Jawa itu kebetulan ini dalam bahasa Jawa dan nanti di putarkan di facebook.”

Diyah Yuliana Kentjanawaty, ketua FKPPBN menyatakan ” Setelah mendengar dan melihat yang di sampaikan tadi pak Arya, memang tidak sepatutnya, tidak selayaknya ungkapan seperti itu di viralkan atau di sampaikan kepada kalangan kamu, jadi mohon yang bekenaan khususnya dari Dibu atau pak Buvo ada juga guru-guru dan mohon sama-sama kita ngoreksi karena anak-anak generasi mudah memang tidak semuanya itu benar juga mohon saling mengoreksi.”

Widi, RBTV.

By mrs EVI

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *